Bagi Tiongkok lebih penting lagi. Inilah potongan jalur kereta Asia. Yang menghubungkan Singapura ke seluruh dunia. Lewat Tiongkok.
Mahathir memang negosiator ulung. Demi negerinya. Ia tahu proyek itu mahal. Tepatnya: kemahalan. Ia tahu hitungan. Seperti Pak JK. Pun ia menangkap ada aroma lain mengapa proyek itu mahal. Ada mark up. Untuk kepentingan Pemilu. Agar Najib terpilih lagi.
Tapi bukan alasan mark up itu yang dipakai Mahathir untuk nego. Mahathir pilih blak-blakan. Apa adanya. "Ekonomi Malaysia lagi sulit. Tidak akan kuat membayar hutang sebanyak itu," ujar Mahathir selalu.
Kalau alasan mark-up yang dipakai akan sulit. Secara hukum maupun psikologis. Secara hukum toh sudah disetujui. Secara psikologis akan menyinggung Tiongkok: Anda nyogok!
Mahathir memilih cara elegan. Meski kelihatannya seperti mengungkap kelemahan diri sendiri.
Mahathir lantas menekan Tiongkok. Harga yang semula RM 65,5 miliar itu turun tinggal RM 44 miliar. Turunnya saja RM 21 miliar. Itu tadi. Cukup untuk membangun dua menara kembar. Yang begitu iconic di Kuala Lumpur.
Memang panjang proyek itu dikurangi. Dipotong 40 km. Dengan cara memperbaiki jalur. Tapi hitungan perkilometernya pun memang lebih murah. "Turun dari 98 juta Ringgit ke 68 juta," ujar Daim kepada wartawan Jumat kemarin.
Dua pihak kini lega. Mahathir bisa memenuhi sebagian janji kampanyenya yang garang: batalkan proyek Tiongkok.
Tiongkok juga lega. Akhir bulan ini akan ada muktamar OBOR di Beijing. Semua negara yang terkait proyek One Belt One Road akan hadir. Kasus Malaysia tidak akan jadi duri lagi dalam Summit itu.
Saya belum dapat keterangan siapa yang hadir di muktamar itu untuk mewakili DPC OBOR cabang Indonesia.(Dahlan Iskan)