advertorial

Tabligh

Senin, 25 Maret 2019 | 06:57 WIB
-

Saya merasa jadi pusat perhatian. Tapi hanya satu orang yang bertanya: mengapa tidak berjenggot. Saya tidak bisa menjawab. Pertanyaan itu diajukan dalam bahasa Urdu. Tapi nada tanya dan gerak tangannya saya tahu maksudnya.

Saya lantas keliling melihat dalamnya masjid. Di pinggir-pinggir tembok banyak terlihat kompor. Mereka memasak di dalam masjid.

Saya tahu: anggota Jamaah Tabligh itu sangat mandiri. Melakukan perjalanan misi dakwah ke mana pun tidak akan merepotkan orang. Mereka membawa bekal sendiri. Masak sendiri. Tidur bisa di mana saja.

Di pojok-pojok masjid penuh tumpukan bangkelan. Atau tas sejenis ransel. Mereka berada di masjid itu selama dua minggu. Atau satu bulan. Hanya memikirkan ibadah. Dan bagaimana mengembangkan misi.

Di sekitar masjid terlihat seperti pondokan. Banyak jemuran. Di mana-mana.

Mereka datang dari berbagai daerah di Pakistan. Yang sempat saya temui misalnya dari Balochistan. Atau dari Peshawar. 

Di Indonesia Jamaah Tabligh juga meluas. Setahun sekali kumpul di Karawang. Ratusan ribu orang.

Di Magetan, kampung saya, juga besar. Pusatnya di Temboro. Sekitar 10.000 orang ada di sana.

Di tingkat dunia anggota Jamaah Tabligh ini mencapai sekitar 20 juta orang. Di lebih 50 negara.

Setahun sekali mereka berkumpul di Lahore. Ber-ijtima'. Di satu tanah kosong 20 ha. Sekitar 5 Km dari markas mereka tadi.

Saya sempat mampir ke lahan itu. Sedang dibangun toilet besar-besaran. Untuk melayani sekitar 2 juta orang.

Memang di sinilah tempat terbesar kedua berkumpulnya orang Islam setahun sekali. Setelah Mekah-Madinah.

Banyak yang salah sangka. Terhadap tampilan pakaian dan jenggot anggota Jamaah ini. Padahal mereka dikenal kelompok yang sangat damai. Sama sekali tidak pernah terlibat kekerasan.

Dunia memang sering salah sangka. Di mana saja. 

Halaman:

Tags

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB