Industri pariwisata Kaltim mulai berlari kencang. Hal itu terlihat dari realisasi kunjungan wisatawan Nusantara (wisnus) ke Bumi Etam yang mencapai 8,36 juta orang. Jumlah itu 363,44 persen dari target kunjungan wisnus mencapai 2,3 juta kunjungan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kaltim Ririn Sari Dewi, didampingi Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim Restiawan Baihaqi mengatakan, tingginya jumlah kunjungan yang sampai melebih target ini karena beberapa hal, antara lain karena tidak adanya pembatasan pergerakan masyarakat dan banyaknya agenda yang digelar di Kaltim.
Selain itu, magnet Ibu Kota Nusantara (IKN) yang pindah ke Kaltim, sehingga banyak kegiatan nasional yang diarahkan ke Kaltim, baik di Balikpapan, Samarinda maupun Penajam Paser Utara.
“Tidak bisa dimungkiri, perpindahan IKN mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, karena selain mereka melakukan perjalanan bisnis terkait IKN juga sekaligus melakukan perjalanan wisata ke sejumlah objek wisata,” ungkapnya, Rabu (24/1).
Dia menjelaskan, usai urusan kegiatan nasional di Kaltim maupun terkait bisnis di IKN, wisatawan kemudian melakukan perjalanan wisata ke berbagai destinasi, baik wisata liar, bahari, maupun budaya yang memang banyak tersebar di kabupaten/kota di Kaltim.
Hal ini juga tak lepas dari pihaknya yang aktif melakukan promosi ke luar daerah dengan mengedepankan sistem meetings, incentives, conventions and exhibitions (MICE), sehingga melalui pola ini banyak yang tertarik yang pada akhirnya kunjungan wisata ke Kaltim meningkat.
Jika dilihat menurut kabupaten kota dari total 8,36 juta kunjungan, berasal dari Balikpapan sebanyak 2,03 juta wisnus, Samarinda 3,09 juta, dan di Bontang sebanyak 257,57 ribu wisnus. Kemudian di Paser terdapat 86,63 ribu wisnus, Penajam Paser Utara (PPU) 752,7 ribu wisnus, Kutai Kartanegara 1,48 juta wisnus, Kutai Timur 175,6 ribu wisnus, Kutai Barat 145,7 ribu wisnus, Mahakam Ulu 3,34 ribu wisnus, dan di Kabupaten Berau terdapat 292,43 wisnus.
“Meskipun kunjungan wisnus sudah melampaui target, namun masih ada beberapa kendala. Salah satunya harga tiket pesawat yang masih mahal,” ungkapnya.
Di Indonesia, konektivitas udara ditandai dengan kembali pulihnya demand internasional pariwisata. Industri penerbangan terus berupaya bangkit dari pandemi Covid-19. Permintaan terhadap perjalanan udara kian meningkat sejak paruh kedua 2022, baik perjalanan internasional maupun domestik. Geliat pemulihan sektor penerbangan di tingkat global mulai terlihat di akhir 2022.
Sebagian besar rute penerbangan internasional utama kembali dibuka pada 2023. Secara global, konektivitas domestik juga pulih signifikan, dengan tingkat pemulihan sebesar 95,8 persen dari angka pra-pandemi.
Di Indonesia, pemulihan industri penerbangan utamanya didorong oleh perjalanan domestik, dengan tingkat pemulihan mencapai 81,16 persen.
“Sehingga, secara menyeluruh kunjungan ke Kaltim juga sudah sangat baik. Pemulihan secara global yang akan berangsur sepanjang akhir tahun 2023 dan awal 2024 dengan didukung oleh pent-up demand, pemulihan konektivitas udara yang bertahap, dan pembukaan kembali sejumlah negara seperti Tiongkok dan destinasi utama lainnya di Asia,” pungkasnya. (ndu/k15/jnr)