JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Januari lalu menjadi surplus ke-45 bulan beruntun.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar menyebutkan, sepanjang Januari, ekspor RI mencapai USD 20,52 miliar dan impor USD 2,02 miliar. ’’Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sejak Mei 2020,’’ ujarnya di Jakarta (15/2).
Dia melanjutkan, meski surplus, angkanya turun USD 1,27 miliar jika dibandingkan pada Desember 2023 yang mencapai USD 3,31 miliar. Ekspor bulan lalu anjlok 8,06 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Impor tercatat mencapai USD 18,51 miliar atau turun 3,13 persen jika dibandingkan pada Desember 2023.
Baca Juga: Bursa Saham Sambut Positif Pelaksanaan dan Hasil Pemilu, IHSG Bakal Menuju Level 8.000
Neraca dagang sepanjang Januari ditopang komoditas nonmigas sebesar USD 3,32 miliar. Penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Komoditas migas defisit USD 1,30 miliar dengan kontributor terbesar hasil minyak dan minyak mentah.
Berdasar negara mitra, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan India sebesar USD 1,38 miliar; Amerika Serikat USD 1,21 miliar; dan Filipina USD 0,63 miliar. ’’Surplus terbesar yang dialami India didorong bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta bijih kerak dan abu logam,’’ paparnya.
Indonesia, lanjut Amalia, juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Tiga terdalam adalah Tiongkok sebesar USD 1,38 miliar; Australia USD 0,43 miliar; dan Thailand USD 0,42 miliar.
Defisit dengan Tiongkok didorong komoditas mesin dan alat peralatan mekanik serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik. (dee/c14/dio)