Permintaan tinggi terhadap komoditas bahan pokok pada Ramadan dan jelang Lebaran mampu diimbangi dengan ketersediaan suplai dan stok yang cukup. Sehingga, harga dan inflasi di Kaltim tetap terkendali.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Kaltim pada Maret sebesar 0,34 persen month to month (mtm) atau 3,03 persen year on year (yoy). Lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 0,52 persen mtm atau 3,05 yoy.
“Secara nasional inflasi disebabkan oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sejalan dengan nasional, inflasi Kaltim pada Maret juga disebabkan oleh kelompok tersebut,” beber Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim Budi Widihartanto.
Baca Juga: Transportasi Udara dan Laut di Kaltim Tumbuh Signifikan
Di Bumi Etam, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,43 persen mtm dan memberi andil inflasi terbesar, yaitu 0,41 persen mtm. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah beras dengan andil 0,21 persen mtm yang dipengaruhi oleh peningkatan harga eceran tertinggi (HET).
Sebelumnya, HET beras Rp 14.400 per kilogram menjadi Rp 15.400 per kilogram. Selain itu, terdapat peningkatan harga cabai rawit dan telur ayam ras seiring peningkatan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, turunnya pasokan ikan layang mendorong kenaikan harga sebagai dampak gelombang tinggi.
Baca Juga: RDMP Kilang Balikpapan Targetkan TKDN 35 Persen
Sementara itu, terdapat koreksi harga komoditas yang menahan laju inflasi, yaitu daging ayam ras, tomat, bawang merah, dan sawi hijau. Jika dilihat secara nasional, penyebab inflasi terutama di beberapa wilayah Sulampua (Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat), Jawa dan Sumatra disebabkan oleh komoditas telur dan daging ayam ras, beras serta cabai rawit.
“Kaltim mampu memenuhi permintaan daging ayam ras, sehingga stabilisasi harga dapat tercapai,” lanjutnya. Upaya pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga terus dilakukan untuk menjaga stabilitas inflasi khususnya di Kaltim. Dilakukan secara sinergi oleh tim pengendali inflasi daerah (TPID) se-Kaltim.
Pada 27 Maret lalu, juga telah dilakukan pencanangan GNPIP Kalimantan sebagai upaya pengendalian inflasi di momen hari besar keagamaan nasional (HKBN) dan risiko peningkatan permintaan seiring pembangunan IKN dan proyek strategis di Kaltim.
Budi menambahkan, jika dalam rangka menjaga keterjangkauan harga, TPID juga secara aktif melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) dan operasi pasar serta sidak pasar. Guna mengantisipasi kenaikan permintaan dan gejolak harga pada momen HKBN. Selama Maret, telah terlaksana 65 kali GPM dan operasi pasar di Samarinda, Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Berau.
“Sebagai bentuk monitoring dan intervensi harga, TPID Kaltim aktif memantau melalui early warning system (EWS) tracking inflasi dan launching program inovatif toko penyeimbang inflasi, yaitu Kios Sigap (siap jaga harga dan pasokan),” jelas Budi.
Upaya lain untuk menjamin ketersediaan pasokan juga lewat kerja sama antardaerah (KAD) BUMD Samarinda dengan Brebes untuk pengadaan bawang merah sebanyak 100 ton. Selain itu, untuk memperkuat pasokan ayam beku di Kaltim juga dilakukan KAD intra provinsi BUMD Balikpapan dan Samarinda sebanyak 200 ton.
“Untuk beras, TPID Kaltim bersama pemerintah daerah setempat juga melakukan panen padi bersama di sejumlah lokasi di Kutai Kartanegara, Samarinda, serta Berau. Sejalan dengan itu, Pemerintah Kota Samarinda juga mendistribusikan beras cadangan pemerintah (CPP) kepada masyarakat. Di sisi lain, juga dilakukan gerakan tanam cabai oleh TP PKK seluruh kabupaten/kota,” sambungnya.