Harga eceran tertinggi (HET) beras bakal segera naik setelah 31 Mei mendatang. Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan penetapan HET baru tersebut dengan mempertimbangkan kondisi petani sekaligus konsumen. Bapanas belum menyebut dengan pasti angka HET beras tersebut. Namun, HET Rp14.900 yang kini berlaku menjadi angka minimal.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menuturkan, setelah panen raya harga beras tetap harus dijaga. Jangan sampai harga jatuh hingga merugikan petani. Karena itu direncanakan akan ada HET beras baru setelah masa berlaku HET beras relaksasi berakhir pada 31 Mei mendatang. ”Sekarang harga sudah kembali baik. Kami berupaya agar dari hulu hingga hilir seimbang,” terangnya. Arief belum menyebut dengan pasti angka HET beras yang baru tersebut. Namun, angka HET beras relaksasi yang berlaku saat ini akan menjadi angka minimal. ”Harga minimal Rp14.900 itu ya. HET demikian,” ujarnya.
Namun, untuk kepastiannya semua diharapkan menunggu. Bapanas membutuhkan waktu untuk menetapkan HET beras tersebut dengan kementerian dan lembaga lainnya. ”Tunggu ya, tunggu dulu, minta waktu menentukan dengan kementerian dan Lembaga lain,” ujarnya. Yang pasti, dalam penentuan HET beras tersebut dipertimbangkan kondisi dan situasi dari petani sekaligus konsumen. Pertimbangan utama dari petani dengan melihat cost production dan variable cost. ”baru kita lihat kondisi konsumen atau hilirnya,” terangnya. Dia mengatakan, saat ini sudah ada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) yang mendapat bantuan 10 kg beras setiap bulannya. Bila dilipatkan dengan setidaknya tiga anggota keluarganya berarti ada sekitar 66 juta warga terbantu. ”Masyarakat bawah sudah terbantu,” jelasnya.
Lalu, juga ada program beras murah yang telah ribuan kali digelar. Program ini bisa membantu masyarakat kalangan menengah atau middle. ”Kami berupaya membantu semua lini, dari kalangan bawah dan middle. Kalau kalangan atas diprediksi mengurangi konsumsi beras. Bisa ke beras fiber atau lainnya,” terangnya.
Dia mengatakan, walau HET beras naik namun tentunya tidak bisa memuaskan semua pihak. Petani sebenarnya lebih terpengaruh dengan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah. Kenaikan HPP gabah dilakukan bertahap. ”Dulu HPP gabah Rp 4.200, lalu naik Rp 5 ribu. Kini HPP gabah Rp 6 ribu. Tapi, petani bisa jadi inginnya Rp 7.200. tapi, kita juga harus pertimbangkan konsumen atau masyarakat juga,” jelasnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi memproyeksikan bahwa harga beras dalam beberapa waktu ke depan memang akan sulit untuk turun. Menurut Bayu, jika ingin harga beras turun, maka harus ada gelontoran produksi beras dari dalam negeri yang bisa menyebabkan seimbangnya permintaan dan pasokan. ”Biasanya sulit dikembalikan kalau sudah sempat naik, kecuali ada keadaan yang sangat luar biasa di mana panennya luar biasa banyak, besar maka supply demand-nya bisa terjaga atau seimbang,” ujar Bayu.
Selanjutnya, sambung Bayu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), meski ada panen raya produksi beras diproyeksi akan turun pada Juni tahun ini. ”Kalau dilihat data BPS, Juni saja sudah defisit lagi. Jadi saya duga sulit untuk harga kembali (turun ke harga nornal, red),” tambah Bayu. (idr/agf/jpg)