PROKAL.CO, BALIKPAPAN-Istilah “kutukan sumber daya alam (SDA)” cukup umum di Kalimantan Timur (Kaltim).
Istilah ini merujuk pada suatu daerah yang kaya SDA justru mengalami kondisi yang jomplang.
Baca Juga: Derita Warga Krayan Selatan yang Terisolir, Jalan Rusak Parah, Listrik Mati, Sinyal Hilang
Misalnya, pertumbuhan ekonomi yang rendah hingga tingkat kesejahteraan masyarakat yang buruk.
Soal “kutukan SDA” ini jadi salah satu pembahasan hangat dalan diskusi santai, jajaran Kaltim Post Group (KPG) dengan KPwBI Balikpapan yang dipimpin Kepala Perwakilan BI Balikpapan Robi Ariadi, Jumat (16/5/2025).
Pagi itu, rombongan KPG yang dipimpin Direktur KPG Erwin Dede Nugroho bersilaturahmi ke Kantor BI Balikpapan.
Pada momen diskusi soal “kutukan SDA” itu, Robi merujuk pada perkembangan Uni Emirat Arab (UEA).
Kata dia, pemimpin UEA berpikir sangat maju ke depan.
Baca Juga: BRI Jadi Sponsor Utama Purwokerto Half Marathon 2025, Dorong Sport Tourism dan UMKM Lokal
Ketika negara itu menemukan sumber minyak dan gas bumi (migas) yang melimpah, mereka tak terlena dengan kekayaan alam itu.
Mereka sudah menanamkan mindset, kekayaan SDA bakal habis. Karena itu, sudah mempersiapkan negara menjadi kota MICE.
Pertemuan bisnis (meetings), insentif perjalanan (incentives), konferensi (conferences), dan pameran (exhibitions).
“Kita bisa lihat UEA. Betapa majunya negara itu sekarang dengan tidak berpaku pada SDA. Mereka sudah membangun (berbagai fasilitas terkait MICE) ketika masih banyak duit (dari SDA),” ujar Robi.
Terkait hal itu, dia menyebut, pada periode waktu tertentu kerap menggelar pertemuan dengan kepala daerah yang berada wilayah BI Balikpapan.
Yakni, Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dan Kabupaten Paser.
Dalam pertemuan rutin itu, tiap memberikan masukan, dengan merujuk pada data-data terkait perekonomian yang dimiliki BI, dia selalu mengingatkan agar kepala daerah untuk terus berinovasi membangun daerah mereka.
Jangan hanya mengandalkan SDA. Sebab, saat ini, masih banyak darah di Kaltim yang masih mengandalkan SDA. Khususnya batu bara.
Hal itu mudah terlihat dari data-data yang ada. Misalnya, dalam APBD suatu kabupaten-kota, pendapatan asli daerah (PAD) masih sangat kecil, yang dominan adalah dana bagi hasil SDA.
“Kami dalam waktu tertentu. Sebulan sekali atau tiga bulan sekali bertemu pimpinan daerah. Memberikan masukan-masukan,” katanya.
Beberapa kabupaten, katanya, harus terus menggali potensi yang dimiliki dan meningkatkan sumber daya yang ada untuk menjadi kota MICE. (far)