PROKAL.CO, SAMARINDA - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur mencatat inflasi year on year (y-on-y) September 2025 sebesar 1,77 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 108,58.
Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara yang mencapai 2,83 persen dengan IHK 108,99. Sementara itu, inflasi terendah tercatat di Kota Balikpapan sebesar 1,15 persen dengan IHK 108,60.
Kepala BPS Kaltim Dr Yusniar Juliana menyebutkan, inflasi tahunan terjadi akibat kenaikan harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran.
"Kenaikan terbesar tercatat pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 9,16 persen, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau 3,61 persen; pendidikan 2,67 persen; penyediaan makanan dan minuman/restoran 2,03 persen; rekreasi, olahraga, dan budaya 1,45 persen; kesehatan 1,38 persen; serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,07 persen," ujarnya.
Sebaliknya, beberapa kelompok mengalami deflasi, di antaranya kelompok transportasi (-1,36 persen), pakaian dan alas kaki (-1,02 persen), perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (-0,83 persen), serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (-0,50 persen).
Dari sisi andil inflasi y-on-y, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang 1,08 persen; perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,59 persen; serta penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,21 persen.
Sementara itu, transportasi memberikan sumbangan deflasi 0,18 persen, diikuti pakaian dan alas kaki 0,05 persen, serta perlengkapan rumah tangga 0,04 persen.
BPS Kaltim mencatat, sejumlah komoditas dominan penyumbang inflasi tahunan antara lain emas perhiasan, beras, bawang merah, ikan layang, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, minyak goreng, serta biaya pendidikan. Adapun komoditas yang menekan inflasi adalah angkutan udara, bensin, sabun detergen bubuk, telepon seluler, dan sejumlah produk pakaian.
Secara bulanan (month to month/m-to-m), inflasi Kaltim pada September 2025 tercatat sebesar 0,04 persen. Komoditas penyumbang inflasi bulanan antara lain angkutan udara, emas perhiasan, dan biaya pendidikan perguruan tinggi. Sebaliknya, deflasi ditopang oleh penurunan harga bawang merah, bahan bakar rumah tangga, cabai rawit, dan beberapa komoditas hortikultura.
Sementara itu, inflasi year to date (y-to-d) hingga September 2025 tercatat sebesar 1,54 persen. (*)