PROKAL.CO, SAMARINDA – Kinerja ekspor Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menunjukkan peningkatan signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat nilai ekspor Oktober 2025 mencapai US$1.866,84 juta, atau naik 11,23% dibandingkan September 2025.
Kenaikan ekspor tersebut didorong oleh penguatan kinerja pada kedua sektor, baik migas maupun nonmigas. Ekspor migas tercatat sebesar US$199,44 juta, melesat 36,50% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$1.667,40 juta, tumbuh 8,82%.
Kepala BPS Kaltim Dr Yusniar Juliana menjelaskan lonjakan ekspor migas terjadi seiring membaiknya ekspor hasil minyak dan gas. Nilai ekspor hasil minyak naik tajam 91,35% dari US$30,53 juta pada September menjadi US$58,42 juta pada Oktober 2025. Kemudian, ekspor gas juga naik 22,01% dari US$115,58 juta menjadi US$141,02 juta.
"Di sektor nonmigas, peningkatan terbesar terjadi pada golongan barang lemak dan minyak hewani atau nabati yang melonjak US$115,92 juta atau 104,93%. Selain itu, golongan barang berbagai produk kimia juga mencatat kenaikan cukup besar yakni US$12,23 juta (28,17%), disusul bahan bakar mineral yang naik US$9,97 juta (0,79%)," katanya, Senin 1 Desember 2025.
Meski begitu, beberapa komoditas tumbuh negatif. Penurunan terdalam tercatat pada golongan bahan kimia organik yang turun US$6,21 juta (38,31%). Komoditas ampas dan sisa industri makanan juga ikut melemah, turun US$0,47 juta (27,49%).
Selain ekspor, impor Kaltim pada Oktober 2025 juga mengalami kenaikan. Nilainya mencapai US$472,68 juta atau naik 7,82% dibandingkan September 2025.
"Impor migas tercatat sebesar US$394,79 juta, meningkat 5,31%. Sementara impor nonmigas tumbuh lebih tinggi yakni 22,64% dengan nilai US$77,89 juta," kata Dr Yusniar Juliana.
Dengan capaian ekspor yang jauh lebih tinggi dari impor, neraca perdagangan Kaltim Oktober 2025 kembali mencatat surplus besar. Total surplus tercatat sebesar US$1.394,16 juta.
Surplus terbesar disumbang sektor nonmigas dengan nilai US$1.589,51 juta. Sebaliknya, sektor migas masih mengalami defisit perdagangan sebesar US$195,35 juta. (*)