• Senin, 22 Desember 2025

Mengenal Kopi Liberika Sepaku Asal IKN, Aromanya Wangi, Nyaris Punah

Photo Author
- Minggu, 28 Juli 2024 | 08:05 WIB
DARI IBU KOTA: Pengolahan Kopi Liberika Sepaku asal IKN. (ISTIMEWA)
DARI IBU KOTA: Pengolahan Kopi Liberika Sepaku asal IKN. (ISTIMEWA)

Oleh: Suyanto, warga Tengin Baru, Sepaku

PROKAL.CO-Selain kopi robusta dan arabica di Indonesia ada jenis kopi langka yang hampir punah yaitu kopi liberika yang bernama ilmiah Coffea liberica var.

Liberica merupakan kopi yang banyak diyakini berasal dari negara Liberia sesuai dengan nama Liberika.

Akan tetapi, secara umum jenis kopi ini dapat ditemukan di banyak kawasan Afrika lainnya.

Saat ini, liberika ditanam di perkebunan kopi di Afrika dan Asia secara terbatas.

Tanaman liberika juga tumbuhan liar di daerah Afrika lain, seperti Angola, Afrika Tengah, Benin, Kamerin, Gabon, Ghana, Kongo, Guinea, Nigeria, Sao Tome, Sierra Leone, Sudan, Uganda dan Pantai Gading.  

Di Asia kopi liberika banyak dikonsumsi di Malaysia, Filipina. Di sini kopi liberika juga di-branding buat perbaikan iklim dan dimunculkan kembali sebagai tanaman primadona.

Pada asalnya sebelum tahun 1878, tanaman perkebunan kopi di Indonesia ditanami dengan kopi jenis arabika.

Akan tetapi, saat itu muncul serangan wabah penyakit karat daun atau Hemelia vastatrixi (HV), sehingga pemerintah Belanda mencari alternatif jenis kopi lain yang lebih tahan terhadap penyakit tersebut.  

Di Filipina kegagalan liberica cofea sebagai tanaman global pada pergantian abad kedua puluh disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk
pemilihan bahan yang tidak tepat untuk diseminasi global. 

 
Minat baru dalam hal ini spesies, terutama dalam varian excelsa, terbukti di seluruh rantai  pasokan cofee.
 
Di dunia yang memanas, dan di era yang dilanda gangguan rantai pasokan, liberika cofee bisa muncul kembali sebagai tanaman-tanaman utama. Begitulah Filipina melakukan rebranding kopi jenis liberika.

Kopi dengan buah yang berukuran besar ini di Indonesia banyak dijumpai di Kabupaten Meranti, tepatnya di Kecamatan Selat Panjang yang merupakan pinggiran pantai dan lahan gambut basah.
 
Petani sudah mengembangkan dengan skala ekspor dengan tujuan Malaysia yang juga merupakan negara pengimpor kopi terbesar di dunia.

Di Pulau Jawa banyak ditemui namun masih tumbuh di sela-sela kopi robusta. Di Temanggung, Desa Gesing oleh petani, kopi berbatang besar ini dimanfaatkan sebagai batang bawah untuk penghasilkan robusta.
 
Karena lahan yang sempit kopi dengan batang besar ini dinilai kurang menguntungkan bila dibanding robusta yang sudah bernilai komersil lebih tinggi.

Di Kalimantan seperti di Kayong, Desa Bati-Bati, Desa Perangat dan Kecamatan sepaku juga sedang dikembangkan kembali setelah banyak komoditas seperti karet dan sawit.
 
Asal kopi yang berukuran tinggi bisa 9 meter ini banyak dijumpai di daerah transmigrasi.
 
Hampir punah, yang dulu awal transmigrasi menjadi konsumsi warga dan dan terus dikembangkan.

Nenek saya membawa kopi jenis buah besar ini dari Pacitan dan sampai sekarang, saya membudidayakan kembali setelah sempat menanam lada. 
 
Saya baru sadar kopi yang ditanam nenek dulu masih bisa tumbuh dengan sangat baik di lingkunganya sebagai warisan leluhurnya.  
 
Usia saya saat ini 43 tahun. Artinya kurang lebih seusia saya Kopi Liberika Depaku ini hadir, sejak transmigrasi dulu. 

Kopi liberika ini sempat tidak dilirik oleh para petani karena waktu itu belum semaraknya industri hilir dari kopi. Sehingga masih ada sisa-sisa yang hanya tumbuh beberapa pohon saja. 
 
Bahkan ditemui di lahan kopi ini tumbuh di tonggak batang kayu ulin, kemungkinan yang tumbuh dari kotoran luwak yang memakan buah kopi.

Dengan pesatnya industri hilir kopi di Indonesia berupa single origin, cafe, warung, restoran, rumahan banyak menghadirkan minuman-minuman kopi yang dipadukan dengan susu, dan lainnya menjadi konsumsi harian masyarakat indonesia baik tua muda, laki maupun perempuan.

Sigit, pemilik cafe di Samarinda, ingin memberikan ruang bagi petani lokal, produk lokal, varitas lokal yang bisa di kenalkan untuk menjadi primadona. 
 
Kalimantan dengan dataran rendah dan hutan bisa menjadi unggulan karena dukungan iklim dan topografi yang bisa menghidupkan liberika dan juga ramah lingkungan.

Dengan dukungan lingkungan berupa kesesuaian iklim dan topografi di Kalimantan dengan kopi liberika bisa tumbun dan kembang sangat baik.
 
Dibuktikan dengan hasil budidaya yang sangat baik juga. Kemudian dukungan industri hilir akan komoditas lokal jadi tantangan petani lokal untuk menghadirkan komoditas lokal yang sangat bisa diterima oleh pengusaha hilir kopi untuk menghidangkan produk lokal yang khas. (bersambung/far)


 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faroq Zamzami

Tags

Rekomendasi

Terkini

X