• Senin, 22 Desember 2025

Santri Putra di Banjarbaru Dua Kali Dilecehkan Kakak Kelas, Begini Kronologinya...

Photo Author
- Senin, 5 Februari 2024 | 13:53 WIB
ilustrasi
ilustrasi

ET dan MN yang waktu itu sedang berbarengan pulang dari masjid kemudian berpisah. “Saya langsung ke kamar ngaji. ET (korban) nggak, dia ke gedung baru nyusul kakak pembina asrama yang mencarinya tadi," ucap MN.

Tak lama kemudian, korban tiba-tiba masuk ke kamar asrama dan menemui MN. Di sanalah korban menceritakan semua kejadian tak senonoh yang menimpanya. "Awalnya pelaku mencari dia untuk disuruh memijat. Lalu tangan ET diarahkan ke kelamin pelaku, ET menolak,” sebutnya.

Kemudian diajak pelaku naik ke lantai dua. Di sana, pelaku meminta ET mengoral alat kelamin pelaku. “Dia melawan, lalu kabur ke asrama," jelas MN menceritakan.

MN meminta ET untuk melaporkannya ke pengurus ponpes. Ia merasa kejadian pelecehan kedua ini tidak bisa dibiarkan. “Kata pihak sekolah, nanti ditindaklanjuti, dan kami disuruh ke kamar,” terang MN.

Usai melapor, ET langsung menelepon orang tuanya dengan handphone milik salah satu warga ponpes. “Setelah itu mama saya datang (ibu MN, red), dan langsung menjemput kami," ungkapnya.

Ia mengaku mengenal para pelaku yang melecehkan teman seasramanya itu. Untuk kejadian pertama yang menimpa ET, pelaku merupakan kakak kelasnya berinisial M. Sedangkan kakak kelas di kejadian terakhir inisialnya R. “Kalau dari cerita teman-teman yang lain, kedua orang ini memang suka melakukan hal-hal seperti itu,” tukasnya.

Ironisnya, MN juga pernah melihat korban lain yang diperlakukan tak senonoh oleh pelaku yang berbeda. “Jadi beda-beda pelakunya. Mereka pembina atau pengurus asrama, tapi bukan asrama kami,” katanya.

Menurut MN, korban lain itu lapor ke organisasi. Pelaku dapat hukuman dari organisasi. “Tapi pihak ponpes tidak tahu. Jadi tidak ada hukuman dari ponpes," sebutnya. Setelah dapat informasi dari orang tua korban, A (34) langsung menjemput ET sebagai keponakannya, serta MN anaknya. "Saya langsung meminta mereka berdua mengambil barang-barangnya, dan pulang ke rumah,” ungkapnya.

Pada saat itu, ada salah satu dari pihak ponpes yang meminta A untuk membicarakan masalah ini ke kantor. “Ada guru yang membujuk saya supaya masuk ke kantor dulu membicarakan ini. Tapi, saya tidak mau. Saya minta bertemu dengan pelaku, tapi sampai satu jam menunggu, pelaku tidak datang," ungkapnya. Ia pun pulang.

Hal itu membuat ibu MN ini naik darah. Sebab, ia yakin bahwa pelaku masih berada di lingkungan ponpes. Namun, tidak ada satupun yang mempertemukannya dengan pelaku. "Seharusnya gampang, tinggal dicari ke seluruh asrama. Kan masih dalam satu lingkungan pondok," ungkap A kesal.

A sengaja tidak mau berdiskusi dengan pihak ponpes di dalam kantor, karena takut terbujuk dengan iming-iming mediasi sebagai pemecah masalah. Ia tahu bahwa ada banyak permasalahan sebelumnya di ponpes itu. Selalu berakhir damai. “Kejadian ini bakal berbuntut panjang. Karena kami khawatir ke depannya kasus ini bakal berdampak buruk dengan psikologis anak-anak kami,” ujarnya.

Kasi Humas Polres Banjarbaru, AKP Syahruji membenarkan ada laporan terkait kasus dugaan pelecehan seksual tersebut. “Benar ada laporan dugaan kasus (pelecehan seksual) itu,” ujarnya.
Menurutnya, kasus tersebut masih dalam proses pengumpulan data dan keterangan dari masing-masing pihak, terutama korban dan saksi. “Untuk perkembangannya, nanti akan diberitahukan lebih lanjut,” kata Syahruji.

Pelaku Masih Bersekolah di Ponpes

Salah satu perwakilan ponpes, ARM (28) mengatakan kejadian itu baru diketahui setelah adanya laporan dari korban. "Memang ada, dan sedang kami tindaklanjuti," ungkapnya saat ditemui di kantornya, Sabtu (3/2) siang.

Saat ini, kata ARM, pihaknya juga sudah memanggil dua santri putra yang disebut sebagai terduga pelaku pelecehan dalam kasus ini. “Pelakunya dua orang. Awalnya kedua santri (pelaku, red) ini mengelak, dan mengaku hanya bercanda. Tapi, tidak mungkin hal seperti ini candaan. Setelah kami tanya lagi, akhirnya mereka mengakui perbuatannya," ungkap ARM.

Saat ditanya keberadaan kedua pelaku, ARM menyebut bahwa mereka masih bersekolah di pondok tersebut. “Masih bersekolah seperti santri lain,” katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X