”Mereka tidak pernah bongkar di sini. Bahkan, tak ada pendapatan asli daerah (PAD) yang masuk. Kalau pemerintah daerah melalui pihak terkait lainnya betul-betul bisa memperhatikan masalah ini, saya rasa bisa (ada pemasukan daerah)," imbuhnya.
Selain masalah tersebut, wabah Covid-19 juga menambah penderitaan nelayan. Harga jual seluruh jenis ikan menurun hampir 50 persen. Misalnya, harga ikan kering seperti sembilang yang saat ini dijual Rp 18 ribu per kg. Padahal, biasanya bisa mencapai Rp 30 ribu per kg.
”Hasil tangkapan menurun ditambah harga jual yang saat ini juga merosot jauh, semakin mempersulit nelayan. Kalau untuk ikan tenggiri, biasanya mencari satu sampai dengan dua ton mudah saja, sekarang mencari satu kuintal saja susahnya setengah mati," keluhnya.
Bahkan, lanjutnya, di masa sekarang, mencari ikan sembilang saja sangat sulit, yang mana biasanya dalam sekali melaut bisa dapat satu sampai dua kuintal. Sedangkan sekarang paling banyak hanya bisa dapat dua baskom.
”Harga jual ikan semakin merosot, ditambah hasil tangkapan tidak maksimal, itu sama sekali tidak seimbang. Tapi, kalau nelayan tidak pergi melaut, mau kerja apa? Makanya ini semakin memprihatinkan," tuturnya.
Sementara itu, Ahmad Wahyudi, Petugas Operasional Pelabuhan Perikanan Kuala Pembuang mengatakan, aktivitas perikanan sejauh ini masih normal.
”Selama masih ada penampung yang membeli ikan, nelayan akan tetap pergi melaut untuk menangkap, meskipun memang harga mengalami penurunan signifikan," katanya.
Terkait masuknya kapal dari luar daerah, petugas dari bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Provinsi Kalimantan Tengah beberapa waktu menindak satu kapal.
”Kalau untuk hasil tangkapan ikan itu memang tergantung alam yang tidak bisa kita tebak. Kemungkinan untuk bulan ini air pasang dan kondisi ombaknya besar," tandasnya. (***/ign)