Sementara itu, pemerintah dinilai gagal mengantisipasi kenaikan harga beras yang meroket tinggi saat ini. Bukan tanpa alasan, kenaikan harga beras dan komoditas pangan lainnya ini, sebetulnya mulai terjadi sejak September 2023. Angka ini pun kian terkerek naik jelang bulan puasa.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menjabarkan, merujuk panel harga Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) pada 14 Februari, harga beras medium II naik sebesar 6,25 persen atau Rp 900/kg menjadi Rp 14.250/kg jika dibandingkan dengan harga Januari 2024. Besaran ini lebih mahal sebesar 15,41 persen dari harga rata-rata pada Februari tahun lalu.
"Kenaikan ini tentu menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap inflasi dan daya beli masyarakat. Jika harga beras akan terus naik, maka biaya hidup secara keseluruhan pun akan meningkat," ujarnya. Ketika harga beras naik, kata dia, biaya produksi makanan juga cenderung meningkat. Sebab, beras menjadi bahan baku dalam banyak produk makanan.
Kenaikan biaya produksi ini biasanya ikut berdampak pada naiknya harga-harga lainnya. Pasalnya, produsen akan menaikkan harga produk mereka untuk menutupi biaya tambahan. Efek lainnya, kenaikan harga beras akan berdampak pada peningkatan tingkat inflasi. Mengingat beras salah satu komoditas pokok yang menyumbang 3 persen pada indeks harga konsumen (IHK) yang digunakan untuk menghitung inflasi.
Azizah mengungkapkan, beras sudah sejak lama berkontribusi pada angka inflasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2023 menunjukkan beras sebagai komoditas penyumbang utama inflasi. Beras memiliki andil sebesar 0,18 persen dalam inflasi month to month dan 0,55 persen dalam inflasi year on year. "Komoditas yang satu ini kembali mengalami inflasi sebesar 0,64 persen month-to-month (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen pada Januari 2024," paparnya.
Kondisi ini tentu akan berdampak langsung pada masyarakat. Khususnya, mereka yang berpenghasilan rendah. Daya beli masyarakat akan merosot tajam. Kemudian, pemutusan hubungan kerja di beberapa sektor diperkirakan juga akan menambah berat beban pengeluaran mereka. "Di tengah fluktuasi harga yang kian meningkat, saat ini stabilisasi harga harus menjadi fokus utama pemerintah untuk menghindari peningkatan inflasi," tegasnya.
Lebih lanjut, Azizah menjelaskan, ada berbagai faktor yang berkontribusi pada kenaikan harga beras. Kondisi cuaca memang turut menyumbang, karena el nino telah menyebabkan musim kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan gagal panen di beberapa daerah penghasil beras, seperti Cianjur. Sehingga berkurangnya suplai beras.
Tapi selain itu, terdapat faktor permintaan yang meningkat di tengah masa kampanye, beras kerap masuk dalam program tebus murah paket sembako. Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah melalui Bulog berencana mengimpor 200 ribu ton beras yang didatangkan dari Thailand dan Tiongkok hingga Maret 2024. Rencana impor beras ini diharapkan dapat efektif menstabilkan harga, apalagi menghadapi bulan Ramadan yang akan dimulai pada pertengahan Maret.
Pada bagian lain, Satgas Pangan Bareskrim Mabes Polri menyebut, dari kegiatan monitoring beras yang dilakukan, ditemukan penyebab mengapa stok beras di ritel modern cenderung minim jika dibandingkan dengan di pasar tradisional.
Hal itu disebabkan pengusaha beras cenderung memasok ke pasar tradisional. ’’Bahwa stok beras di gudang distribution center (DC) dan outlet retail modern minim, namun di pasar tradisional mencukupi. Produsen beras cenderung memasok beras premium ke pasar tradisional dibandingkan ke retail modern, karena harga lebih kompetitif,’’ kata Kepala Tim Satgas Pangan Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Helfi Assegaf pada rakor pengendalian inflasi daerah bersama Kemendagri di Jakarta.
Helfi memastikan, stok beras medium dan premium untuk Kanwil Bulog masih mencukupi. Namun, kemampuan dalam melakukan pengemasan terbatas, yakni hanya sekitar 8.000 bungkus 5 kg per hari. Hal itu berdampak pada proses distribusi.
Dia memerinci, harga gabah kering panen (GKP) di petani sudah mencapai harga antara Rp 8.000–8.500 per kg, sedangkan untuk biaya operasional (pengemasan, produksi, dan kirim) Rp 7.000–9.500 per kg.
Kondisi itu mengakibatkan harga beras premium di tingkat konsumen mencapai Rp 16.000–18.000 per kg. ’’Bahkan, harga beras medium sudah mendekati harga beras premium, yakni Rp 15.000–16.000 per kg,’’ jelasnya. Helfi melanjutkan, Satgas Pangan beserta kementerian/lembaga terkait mendorong pelaku usaha untuk mengisi beras premium ke retail modern. Selain itu, Satgas Pangan segera menertibkan elemen produksi yang menjadi penyebab kenaikan cost produksi guna menurunkan harga penjualan GKP oleh petani.