Pengamat Politik Kalbar lulusan Ilmu Politik IOWA Amerika Serikat, Ireng Maulana memprediksi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat 2024-2025, bakalan menjadi pertarungan head to head antara Petahana (Midji-Norsan) dan kandidat yang diusung PDI Perjuangan, Lasarus dengan partai koalisinya.
Perkiraan tersebut digambarkannya setelah melihat hasil utak-atik peta kekuatan di Pilkada serentak 2024 ini. "Setelah Midji-Norsan menyatakan tetap bersama sebagai pasangan, maka posisi ini akan menjadi magnet tersendiri yang akan menarik minat lebih banyak partai politik untuk mengusung mereka karena petahana memiliki pesona kemenangan," ucapnya.
Baca Juga: Potensi Koalisi, Edi Damansyah Serahkan Berkas Pendaftaran Balon Bupati ke Gerindra
Menurut Ireng setelah sekian banyak isu, spekulasi, dan prediksi bahwa Midji-Norsan akan berpisah jalan, kemudian menyatakan tetap bersama merupakan langkah maju menguatkan kepercayaan para pendukung mereka yang sebelumnya telah lama menunggu. Dengan demikian, psikologis pendukung dan mungkin pemilih setia Midji-Norsan akan semakin percaya diri dan solid sejak di awal kompetisi.
"Deklarasi lebih awal dan menyatakan tetap bersama merupakan langkah taktis petahana yang akan menentukan desain kompetitor dari pihak lawan. Petahana sudah selangkah lebih kuat dari penantang," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa petahana mungkin saja dapat dikalahkan dengan melihat suasana kebatinan masyarakat Kalbar dalam lima tahun terakhir. Desain kompetitor biasanya jawaban lain dari eksistensi petahana selama memimpin. PDI Perjuangan dan koalisinya bertugas menemukan realitas baru dalam merancang desain kompetitor tersebut supaya petahana merasakan sedikit rasa takut pada kekalahan dan rasa khawatir didalam kepercayaan diri mereka yang sekarang.
"Desain Kompetitor yang diciptakana harus mampu mengusik eksistensi petahana, dan mengeluarkan petahana dari zona nyaman mereka yang sekarang. Soal menang atau kalah adalah takdir, jika petahana dinilai kuat, maka desain kompetitor mesti lebih tangguh dari spesifikasi elektoral yang dimiliki oleh petahana," ucapnya.
Lebih jauh dikatakannya bahwa publik melihat Lasarus sebagai salah satu kader banteng yang mentereng di Kalbar, karena pergaulan level nasional yang dimilikinya. Sebagai petahana DPR RI, kekuatan logistik setara, jaringan pendukung prima di timur Kalbar dan kader partai militan di daerah.
"Hanya saja, spesifikasi ini belum cukup tajam tanpa pendamping yang ototnya kawat, tulangnya besi dan di dadanya bersarang zatnya halilintar," kata dia. Lasarus dan pasangannya, kata dia, diyakini akan mampu mengusik kemapanan elektoral petahana yang sudah menguat sebelumnya. Oleh karena itu, dari pilihan figur pendamping yang sedikit berdasarkan spesifikasi tersebut mungkin Lasarus memerlukan figur politisi senior, dikenali di pesisir, disegani petahana.
"No drama juha dan jaringan kuat di elite dan paling bersih daya tolaknya di public," ucapnya. Nah, sambung dia, barulah pertarungan head to head antara petahana dan penantang akan menemukan titik keseimbangan baru.
Petahana bakalan habis habisan mempertahankan pesona kemenangannya. Sementara penantang akan puputan menumbangkan eksistensi elektoral petahana.
Dia menambahkan bahwa di Pilgub Kalbar 2024 hanya akan menjadi pertarungan head to head dua pasang saja karena. Alasannya, pertama semua parpol akan terbagi habis dipolarisasi dua kutub parpol pengusung untuk petahana dan kandidat dari koalisi PDI Perjuangan saja. Oleh karenanya, PDI Perjuangan memerlukan satu saja kawan koalisi dari parpol bergaris religius untuk memberikan tiket kepada satu pasangan, atau dapat menambah lagi partai dari basis nasionalis demi memperkokoh bangunan koalisi.
Sementara, kata Ireng, sisa partai politik yg tidak merapat ke koalisi PDI Perjuangan akan tersedot masuk ke koalisi untuk mengusung petahana. Sebab sebagian besar partai politik tersebut memiliki keyakinan mendukung petahana dan berpeluang menang kembali.
Polarisasi ini tentu menutup koalisi parpol yang mau mengusung penantang tambahan.
Kemudian, tambahnya, belum adanya indikasi keterlibatan kelompok pemodal kuat atau elite berpengaruh yang tidak menghendaki majunya petahana atau kandidat dari koalisi PDI Perjuangan. Sehingga diperlukan penantang tambahan.
"Skenario ini tidak akan ada gunanya untuk mengubah konstelasi elektoral jika penantang tambahan tidak memiliki spesifikasi setara seperti kandidat dari koalisi PDI Perjuangan atau Petahana," ulasnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Pontianak Post