advertorial

Kapal Api

Selasa, 9 April 2019 | 06:57 WIB

Pabrik di Kenjeran itu luasnya hanya 2000 meter. Tidak ada lagi tempat untuk mesin baru. Yang kecil-kecil itu. Yang memakan banyak tempat itu.

Mesin baru bikinkan Jerman itu pun harus ditempatkan di pabrik baru. Maka ia beli tanah murah di luar kota Surabaya. Di pinggir jalan arah menuju Krian. Yang sawahnya sering tenggelam di musim hujan.

Sejak menggunakan mesin baru itulah Kapal Api melejit. Lalu beli mesin lagi. Lebih modern lagi. Lebih besar lagi.

Tahun 1981 Kapal Api sudah menjadi pemimpin pasar di Jatim. Tiga tahun kemudian sudah market leader di Indonesia. Sampai sekarang.

Sebuah kisah sukses yang panjang. 

Kapal Api awalnya hanya dari usaha rumah tangga. Yang dirintis ayah Sudomo. Di depan rumahnya di Jalan Panggung gang 9 Surabaya. 

Sang ayah awalnya tanam sayur. Di sebidang tanah di kampung Kedung Cowek. Surabaya Utara. Basisnya masyarakat Madura. Tanah itu pun disewanya dari orang Madura. Sayur itu dijual ke pasar. Seringnya ke pasar itulah yang membuat sang ayah tahu banyak hal. Termasuk tahu tentang kopi.

Di depan rumahnya itu ada rumah kosong. Milik orang Arab. Yang sudah ditinggal kembali ke Arab. Rumah itu disewakan. Ada orang yang dipercaya mengurus rumah itu.

Di rumah orang Arab itulah sang ayah mulai menggoreng kopi. Lalu ditumbuk. Untuk dijual. Dengan cara dipikul. Keliling kampung Surabaya.

"Waktu itu jualan kopi bungkusnya kertas koran bekas," ujar Sudomo ingat masa kecilnya. "Orang beli kopi hanya gram-graman. Dibungkus sesobek kertas koran pun sudah cukup," tambahnya.

Sudomo lahir di gang 9 itu. Di sebuah rumah sebesar 5 x 7 meter. Itulah wilayah kampung Arab. Banyak juga orang Maduranya. "Teman sepermainan saya anak-anak  Madura," katanya. 

Lama-lama kopi bikinkan sang ayah kian laku. Rumah sewaan itu tidak cukup lagi. Berkembang ke rumah sebelahnya. Juga milik orang Arab. Juga kosong. Ditinggal pulang ke Arab.

Saat itu Sudomo masih SD. Di sekolah Tionghoa Xin Zhong. Pun di Xin Zhong ia masuk SMP. Lalu SMA.

Ketika di kelas 1 SMA itulah meletus Gestapu/PKI. Sekolah Tionghoa dibubarkan. Termasuk Xin Zhong. 

Saat itu ada tiga sekolah Tionghoa yang terkenal di Surabaya. Xin Zhong adalah yang terbesar. Begitu banyak alumninya. Banyak juga yang kemudian sukses sebagai pengusaha. 

Halaman:

Tags

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB