bisnis

Kondisi Perbankan Solid Hadapi Tekanan Global

Sabtu, 9 Maret 2024 | 11:00 WIB
SOLID: Aset perbankan di Kaltim terus meningkat. Tercatat sebesar Rp 174,92 triliun atau naik 12,06 persen (yoy) dari posisi Desember 2022. (DOK/KP)

 

Otoritas Jasa Keuangan menilai kondisi perbankan Indonesia cukup solid dalam menghadapi berbagai tekanan dan kondisi yang mengancam ketahanan perbankan global. Begitu juga di Kaltim. Stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.

Ini diungkapkan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae usai menghadiri pertemuan Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) pada 28 – 29 Februari 2024 di Madrid, Spanyol. Pertemuan BCBS membahas perkembangan terkini kondisi perbankan global, termasuk tekanan yang dialami sektor perbankan di beberapa yurisdiksi yang diakibatkan oleh pelemahan pasar properti komersial (commercial real estate).

BCBS menilai kondisi saat ini terdapat dua risiko utama yang perlu diwaspadai karena dapat menguji kerentanan perbankan global, yaitu pelemahan pasar properti komersial dan keterkaitan bank dengan lembaga jasa keuangan nonbank.

“Berbagai indikator menunjukkan bahwa perbankan Indonesia dalam kondisi yang baik. Sebagai gambaran, di sektor perbankan Indonesia pada posisi Januari 2024, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 27,54 persen dengan rasio modal inti (Tier 1 capital) terhadap CAR sebesar 94,41 persen,” kata Dian, Kamis (7/3).

Sebagai perbandingan, rasio modal inti perbankan Amerika Serikat 14,41 persen dan Uni Eropa sebesar 17,03 persen. Selain itu, kinerja likuiditas perbankan Indonesia terjaga dengan baik, antara lain ditunjukkan dengan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 231,14 persen. Kondisi likuiditas tersebut juga jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio LCR di yurisdiksi lain.

 

Di Uni Eropa misalnya, rasio LCR masing-masing sebesar 158,78 persen dan 125,80 persen. Mencermati perkembangan risiko-risiko terhadap sektor perbankan global yang dibahas di BCBS, saat ini Dian Ediana Rae mencermati bahwa perbankan Indonesia masih terjaga dari risiko-risiko tersebut.

Tiga sektor ekonomi penyumbang kredit terbesar pada posisi Januari 2024 adalah sektor rumah tangga (23,67 persen), perdagangan besar (15,81 persen), dan industri pengolahan (15,65 persen) sedangkan sektor real estate hanya menyumbang 5,09 persen total kredit sektor perbankan.

Dian Ediana Rae menyampaikan, OJK telah mengambil sejumlah langkah agar pengaturan di sektor perbankan Indonesia sejalan dengan berbagai inisiatif yang sudah atau sedang dilakukan oleh BCBS. Indonesia telah seluruhnya mengadopsi kerangka Basel III reforms pada Januari 2024 atau lebih cepat dibanding yurisdiksi seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat yang baru akan mengimplementasikannya pada Juli 2025.

Selain itu, OJK telah menerbitkan consultative paper terkait prinsip manajemen yang efektif atas risiko keuangan terkait iklim, taksonomi untuk keuangan berkelanjutan, dan panduan climate risk management & scenario analysis (CRMS) sebagai bentuk dukungan kebijakan dari OJK untuk pengelolaan risiko perubahan iklim di sektor perbankan. “OJK akan terus mengantisipasi berbagai dinamika kebijakan ekonomi dan perbankan global,” tuturnya.

Tensi geopolitik global dan volatilitas kondisi pasar masih akan terjadi dengan berbagai dinamikanya. Sepanjang prinsip kehati-hatian dan praktik-praktik perbankan yang sehat terus dijaga, perbankan Indonesia akan tetap tangguh dan akan terus bertumbuh dengan sehat sebagaimana kondisi saat ini. Koordinasi antar-otoritas terutama OJK dengan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus ditingkatkan guna memastikan stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga.

Senada, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim Made Yoga Sudharma mengatakan, hingga Desember 2023, kinerja perbankan di Kaltim menunjukkan pertumbuhan positif tecermin dari peningkatan aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

Aset perbankan di Kaltim terus meningkat. Tercatat sebesar Rp 174,92 triliun atau naik 12,06 persen (yoy) dari posisi Desember 2022. Total DPK perbankan terus meningkat menjadi sebesar Rp 155,76 triliun atau meningkat 6,47 persen (yoy). Komposisi DPK di Kaltim didominasi oleh tabungan dan giro dengan porsi sebesar Rp 116,33 triliun atau sebesar 75 persen dari total DPK.

“Tak hanya aset dan DPK. Kegiatan usaha terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat pada kredit lokasi bank dan lokasi proyek pada Desember 2023,” tuturnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB