bisnis

Harga Lagi Melambung Berlipat-lipat, Petani Kakao di Berau Untung Besar

Indra Zakaria
Kamis, 2 Mei 2024 | 08:24 WIB
POTENSIAL: Jumlah petani yang menanam kakao di Berau belum terlalu banyak. Sementara permintaan di pasar domestik maupun internasional cukup besar.

 

 

 

Salah satu perkebunan yang layak untuk terus dikembangkan adalah kakao. Sebab, harga jual menunjukkan tren yang terus meningkat. Terlebih jika permintaan di pasar dunia sedang tinggi.

 

TANJUNG REDEB–Bupati Berau Sri Juniarsih menyambut baik perkembangan harga jual biji cokelat yang terus naik.  Dengan tren positif ini, diharapkan jumlah produksi bisa ditingkatkan dan mendorong petani lebih semangat lagi mengembangkan kebun kakao.

Dia pun akan melakukan komunikasi dengan Dinas Perkebunan yang menaungi petani cokelat di Berau.  “Saya akan tinjau ulang kembali, sehingga produksi dari petani bisa naik dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” paparnya. “Kita akan kembangkan terus,” sambungnya.

Baca Juga: Investor Malaysia Lirik Proyek Desalinasi di Kaltara

Apalagi, kualitas cokelat Berau bisa menjadi komoditas unggulan lantaran punya klasifikasi terbaik di Indonesia. Cokelat yang ditanam di Berau umumnya memiliki cita rasa unik yang jarang ditemui pada daerah lain.  “Karena cokelat kita terbaik sehingga menjadi rebutan dari beberapa kota di luar Berau,” ujarnya. 

Sehingga, cokelat saat ini bisa menjadi komoditas cadangan yang dapat menggantikan sektor sumber daya alam (SDA) yang tidak bisa tergantikan seperti pertambangan yang menjadi pemasukan besar Berau.  “Sehingga cokelat jadi primadona selain SDA. Itu akan menjadi pengganti ketika yang lain sudah habis,” paparnya. 

Namun, pengelolaan kakao atau cokelat perlu dipantau dan didampingi dengan cermat. Sehingga, untuk penggunaan dipakai dalam negeri ataupun di internal Berau, perlu tinjauan nilai atau harga.  “Kecuali kalau mereka sudah sesuaikan dengan kurs atau dolar,” ungkapnya. 

Keberadaan olahan cokelat yang ada seperti Cokelat Merasa atau olahan Cokelat Kulanta di Labanan Makarti ataupun yang digarap UMKM lain bisa menjadi wisata sampingan. Sebab, pelancong yang datang tentu akan mencari kuliner atau buah tangan yang cocok dibawa sebagai oleh-oleh. 

“Itu juga pendampingan dari Disbudpar, karena mereka yang melancong, apa sih yang khas? Nah salah satunya ya cokelat kita,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan Berau Lita Handini menerangkan beberapa jenis penjualan hasil tanam kakao sedang mengalami kenaikan pada periode ini.  “Harga sedang melambung, tentu kita ingin ini berlanjut,” ujarnya. 

Misalnya saja, untuk biji kering fermentasi naik Rp 40 ribu, dari biasanya Rp 80 ribu per kilogram menjadi Rp 120 ribu per kilogram. Tentu, hal ini menjadi kabar baik bagi pembudi daya kakao di Berau. 

Halaman:

Tags

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB