Rempah-rempah menjadi komoditas yang menjanjikan untuk diekspor dari Kaltim ke Uni Emirat Arab (UEA). Sebab UEA tercatat sebagai salah satu konsumen terbesar rempah-rempah di Timur Tengah.
Beberapa rempah yang banyak diimpor UEA antara lain kunyit, lada, kapulaga, kayu manis, pala, kemiri, jintan, ketumbar, dan bunga lawang. "Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspor rempah-rempah ke UEA, terutama kunyit, lada, dan kapulaga," ujar Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Dubai Widi Haryono.
Baca Juga: Angkutan Barang di Pelabuhan Semayang Meningkat Naik Hingga 248,43 persen, Tapi Penumpang Turun
Sektor ritel juga tercatat mendominasi pasar makanan dan minuman di UEA, dengan kontribusi 70 persen. "Konsumen di UEA semakin mencari produk makanan dan minuman dengan umur simpan pendek, karena dianggap lebih segar dan bernutrisi," kata Widi.
UEA menerapkan tarif bea masuk yang rendah, rata-rata 5 persen, bahkan 0 persen untuk barang-barang penting seperti bahan makanan pokok dan obat-obatan. UEA juga memberikan penghapusan/pengurangan tarif bea masuk secara bertahap untuk berbagai pos tarif.
"Kemudahan akses pasar itu memberikan peluang besar bagi eksportir Indonesia untuk meningkatkan daya saing produknya di UEA," tutupnya.
Diketahui, perdagangan bilateral Indonesia-UEA pada 2023 menunjukkan tren positif. Total perdagangan mencapai USD 5,05 triliun, dengan ekspor Indonesia sebesar USD 3,06 miliar (naik 15,57 persen) dan impor sebesar USD 1,99 miliar (turun 15,23 persen). Ekspor non migas Indonesia mendominasi dengan kontribusi 99,87 persen dari total nilai ekspor.
Surplus perdagangan Indonesia-UEA mencapai USD 1,067 miliar, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya. Sektor makanan dan minuman di UEA diproyeksikan tumbuh pesat. Pada 2029, nilai pasar sektor itu diperkirakan mencapai USD 43,98 miliar, dari USD 19,98 miliar pada 2024. (*)