bisnis

Perang Tarif AS vs China Makin Hot..!! Donald Trump Naikkan Tarif Impor dari 125 Persen Menjadi 145 Persen

Indra Zakaria
Jumat, 11 April 2025 | 08:13 WIB
Trump saat mengumumkan tarif impor baru.AFP/CHIP SOMODEVILLA

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali berulah dengan menaikkan lagi tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

Melalui pernyataan pada Kamis (10/4) waktu setempat, Gedung Putih menuturkan tarif "resiprokal" sebesar 125 persen untuk China yang diumumkan Presiden Donald Trump kemarin itu di luar tarif 20 persen yang sudah lebih dulu diberlakukan.

Dengan begitu, Washington menegaskan bahwa besar tarif yang dikenakan terhadap barang-barang China bersifat akumulatif. Dikutip CNN, sebelumnya belum jelas apakah tarif-tarif yang diterapkan AS terhadap China selama ini bersifat akumulatif atau tidak.

Baca Juga: Pengusaha Kratom Kalbar Khawatirkan Dampak Kebijakan Tarif 32 Persen AS

Namun Gedung Putih pada Kamis menegaskan bahwa "ya, tarif-tarif itu bersifat akumulatif."Trump mengaitkan tarif 20 persen tersebut dengan isu imigrasi ilegal dan masuknya fentanil ke AS, yang menurutnya melibatkan peran China. Selain itu, Trump juga menaikkan tarif untuk barang-barang asal China bernilai di bawah US$800 menjadi 120 persen per 2 Mei.

Tak pelak, aksi saling balas antara AS dan China ini mempengaruhi ekonomi dunia. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus dikutip dari Antara mengatakan, adanya perubahan garis haluan dalam waktu singkat oleh Donald Trump, telah meruntuhkan kepercayaan pelaku pasar terhadap AS. "Bagi Trump dan kawanan investor lainnya, volatilitas pasar yang ada dapat menjadi peluang untuk melakukan manipulasi pasar seperti yang disampaikan sebelumnya," ujar Nico.

Di sisi lain, lanjutnya, pelaku pasar juga cukup kaget karena inflasi AS masih belum terkena dampak dari permainan tarif impor, yang mana hal itu dapat memberikan ketenangan bagi pelaku pasar. Selain itu, data inflasi AS membuat The Fed dan Trump melihat potensi penurunan tingkat suku bunga.

Inflasi bulanan AS tercatat menurun dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm), begitupun dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2.4 persen (yoy).

"Penurunan inflasi ini digunakan oleh Trump untuk menunggangi volatilitas pasar, yang mana sebelumnya pelaku pasar dan investor khawatir bahwa inflasi akan mengalami," ujar Nico.

Pada perdagangan Kamis (10/4/2025), bursa AS Wall Street terpantau kompak melemah, di antaranya indeks Dow Jones melemah 2,5 persen, indeks S&P 500 melemah 3,46 persen, indeks Nasdaq terkoreksi 4,31 persen, dan indeks Russell 200 turun 4,27 persen. 

Dari dalam negeri, Nico memandang jeda 90 hari ini penerapan tarif Trump, dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS serta memperluas kerja sama dengan negara lain untuk memitigasi dampak negatif.

Menurutnya, dampak langsung dari tarif AS tidak terlalu signifikan karena ketahanan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi dalam negeri, yang mana AS merupakan pasar ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia. (*)

Tags

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB