Kini, omzet EANK Solo stabil di kisaran Rp15–25 juta per bulan, dengan kapasitas produksi rata-rata 25–30 sangkar per bulan berbagai ukuran.
Tak hanya menumbuhkan bisnis, usaha ini juga membawa dampak sosial positif dengan memberdayakan warga sekitar—terdiri dari 2 pekerja di workshop, 2 tukang ukir, dan 4 pengrajin rumahan.
Corporate Secretary BRI, Dhanny, mengatakan bahwa kisah sukses seperti EANK Solo merupakan bukti nyata dari komitmen BRI dalam mendorong UMKM naik kelas.
Menurutnya, program pemberdayaan yang berkesinambungan menjadi kunci agar pelaku usaha dapat berinovasi dan memperluas jangkauan pasar.
“Melalui pendampingan intensif dan akses pembiayaan seperti KUR, BRI ingin membantu UMKM tumbuh berkelanjutan. Kami percaya, inovasi yang lahir dari pelaku usaha lokal bisa menjadi motor penggerak ekonomi nasional,” ungkap Dhanny.
Langkah BRI dalam mendukung UMKM seperti EANK Solo sejalan dengan visinya sebagai bank yang memberi makna bagi Indonesia—tidak hanya melalui layanan finansial, tetapi juga dengan menghadirkan solusi pemberdayaan yang nyata bagi masyarakat.