kalimantan-selatan

Santri Putra di Banjarbaru Dua Kali Dilecehkan Kakak Kelas, Begini Kronologinya...

Senin, 5 Februari 2024 | 13:53 WIB
ilustrasi

Kasus dugaan pelecehan seksual di lingkungan pondok pesantren (ponpes) terjadi di Kota Banjarbaru. Korbannya seorang santri laki-laki berusia 14 tahun berinisial ET.

Korban bersama orang tuanya telah melaporkan peristiwa tersebut ke Unit PPA Polres Banjarbaru pada Jumat (2/2) petang. Orang tua korban, CR (34) mengatakan selama satu tahun setengah menuntut ilmu di ponpes tersebut, anak semata wayangnya itu sudah mengalami dua kali tindakan pelecehan. Pertama pada Desember 2023, dan kedua pada 1 Februari 2024. “Kata anak saya, kedua kejadian (pelecehan seksual, red) itu dilakukan oleh dua orang berbeda dari kakak kelasnya,” ucapnya saat ditemui di halaman Mapolres Banjarbaru.
 
Baca Juga: Banjarmasin Kembali Diserbu Pampangan, Pasukan Turbo Kewalahan, Bagaimana Solusinya?

CR membeberkan tindakan pelecehan yang dimaksud adalah mencium, dan disuruh memegang kemaluan kakak tingkatnya. “Kedua dilakukan pelaku di waktu dan tempat yang berbeda. Tapi, masih di dalam area asrama putra di ponpes itu,” bebernya.

Tak terima dengan peristiwa memalukan yang dialami anaknya, CR jauh-jauh berangkat dari Puruk Cahu, Kalimantan Tengah ke Kota Banjarbaru. Lantas menjemput anaknya, dan melapor ke Polres Banjarbaru. “Orang tua mana yang rela dan mendiamkan kalau mendengar anaknya mengalami tindakan seperti itu,” ungkapnya kesal.

Baca Juga: Santri Ponpes di Banjarbaru Alami Pelecehan Seksual dari Kakak Kelas, Orang Tua Melapor ke Polisi

“Makanya saya rela jauh-jauh datang ke Banjarbaru. Supaya anak saya aman dan bisa melaporkan kasus ini ke polisi,” tambah CR. Sebelum melapor, CR (34) sempat berbincang lewat video call dengan anaknya. “Kamis pagi, anak saya tiba-tiba nelpon (video call) sambil nangis. Langsung bilang minta pindah sekolah hari itu juga,” ungkapnya.

Waktu ditanya apa alasannya, ET malah diam. “Malah tambah ngotot minta pindah,” ungkapnya. Heran dengan permintaan itu, CR terus membujuk anaknya untuk mengungkap alasan yang jelas. Setelah ditelusuri, ternyata anaknya baru saja mengalami perlakuan tak senonoh dari senior alias kakak kelasnya.

Mendengar hal itu, CR yang saat itu masih berada di Puruk Cahu, Kalteng langsung meminta saudaranya yang tinggal di Banjarbaru untuk segera menjemput anaknya. Sorenya bersama istrinya langsung berangkat ke Banjarbaru agar bisa menemui anaknya langsung. “Yang namanya demi anak, jarak sejauh apapun tak lagi kami pedulikan,” ujarnya.

Setelah 12 jam menempuh perjalanan darat, CR akhirnya bertemu dengan buah hatinya. Namun saat itu kondisi sang anak sudah tak seceria dulu lagi. “Gara-gara itu anak saya trauma. Yang biasanya ceria dan sering cerita tentang kegiatannya di ponpes, sekarang malah banyak ngelamun. Bahkan agak kurang nyambung ketika diajak ngobrol,” bebernya.

CR sangat kecewa dengan pengurus ponpes yang seolah membiarkan tindakan pelecehan seksual ini terjadi kepada putranya. Seandainya ada niatan untuk beritikad baik, kata CR, seharusnya setelah mendapat laporan dari anak-anak langsung menghubungi ke orang tuanya.

Sebelum dijemput oleh saudara CR di Banjarbaru, korban sudah melaporkan kasus pelecehan yang dialaminya itu kepada pihak ponpes. “Tapi ini sudah lewat 24 jam, tidak ada pihak ponpes yang menghubungi. Makanya keluarga bersepakat membawa kejadian ini ke jalur hukum saja,” tukasnya.

Saat melapor, CR juga membawa seorang santri berinisial MN sebagai saksi yang juga satu kamar dengan korban. “Saksi ini melihat langsung peristiwa pelecehan yang dialami anak saya. Makanya sengaja kami bawa juga ke sini (ke Mapolres Banjarbaru, red),” tukasnya.

MN membenarkan bahwa memang benar melihat langsung peristiwa pelecehan itu. Seingat dia, kejadian pertama terjadi pada pertengahan Desember 2023, di dalam kamar asrama mereka. “Kejadiannya lewat tengah malam. Saya sedang piket jaga malam di asrama, karena lelah terus masuk asrama dan ketiduran,” ungkap MN.

Namun, tidak lama terlelap, MN terbangun dan langsung melihat ada seorang laki-laki sedang mencium pipi dan bibir ET yang saat itu sedang tertidur pulas. “Karena kaget dan takut kena marah, saya hanya pura-pura tidur sampai kakak pembina asrama (kakak kelas) itu selesai menciumi dan keluar dari kamar kami," bebernya.

MN meyakini hanya dia yang melihat kejadian tak senonoh itu. Santri lain sedang tidur.
Peristiwa pelecehan kedua terjadi pada Kamis (1/2) subuh. Waktu itu, kata MN, seluruh santri baru saja pulang salat subuh di masjid sekitar jam 05.30 Wita. “Waktu itu ada kakak kelas yang mencari ET, dan disuruh menyusulnya ke gedung baru," ungkap MN.

Halaman:

Tags

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB