Komoditas rumput laut jenis sanggo-sango (glacilaria) kembali menjadi primadona di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Dengan harga jual yang mulai membaik dan masa panen yang relatif singkat, komoditas ini diyakini memberikan harapan baru bagi para pembudidaya, khususnya di wilayah pesisir seperti Desa Babulu Laut.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya dan Lingkungan, Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten PPU, Musakkar Mulyadi, mengungkapkan bahwa produksi rumput laut sanggo-sango merupakan salah satu unggulan daerah yang memiliki potensi besar. Bahkan, menurutnya, hasil panen terbanyak saat ini berasal dari tambak-tambak di Babulu Laut.
“Sanggo-sango itu komoditas unggulan kita. Produksinya besar dan memang jadi andalan. Di Babulu Laut, itu daerah penghasil terbesar untuk rumput laut ini,” ujar Musakkar saat ditemui, Rabu (28/5/2025).
Namun, ia tidak menampik bahwa sempat terjadi penurunan minat dari para nelayan pada tahun 2023 akibat anjloknya harga jual. Saat itu, Dinas Perikanan berperan aktif dalam memberi motivasi agar usaha budidaya rumput laut tetap berjalan.
“Kami dorong terus agar jangan sampai usaha ini berhenti. Walaupun sempat turun harga, kami beri semangat ke pembudidaya. Alhamdulillah sekarang harga mulai naik lagi, bisa mencapai Rp5.000 per kilogram,” ungkapnya.
Dengan harga tersebut, budidaya sanggo-sango dinilai cukup menguntungkan. Masa panen yang singkat, hanya sekitar 15 hingga 20 hari, menjadi salah satu keunggulan yang membuat rumput laut ini kian diminati.
“Dalam dua sampai tiga minggu, pembudidaya sudah bisa panen. Selain itu, sebagian hasil panen juga bisa dijadikan bibit untuk periode tanam berikutnya,” jelas Musakkar. Dengan meningkatnya harga dan kesadaran masyarakat akan potensi budidaya laut, Musakkar optimistis bahwa sanggo-sango akan semakin memperkuat ketahanan ekonomi pesisir dan menjadi tulang punggung baru sektor perikanan budidaya di PPU.
Tidak hanya rumput laut, banyak pembudidaya juga mengembangkan sistem polikultur, yaitu budidaya terpadu dalam satu tambak. Dalam satu wadah, pembudidaya mengkombinasikan rumput laut dengan ikan bandeng dan kepiting.
“Ini yang kami sebut polikultur. Jadi selain panen rumput laut, mereka juga punya hasil dari bandeng dan kepiting. Keuntungan bisa berlipat,” katanya. (*)