BALIKPAPAN - Kekurangan tenaga pengajar atau guru rupanya masih menjadi permasalahan krusial di Kota Balikpapan. Menilik secara keseluruhan, persoalan utamanya yaitu ketidaksesuaian gaji yang diterima para pengajar jika masih berstatus honor.
Muhaimin, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan turut membenarkan ihwal tersebut. Karena hal tersebut jugalah, yang akhirnya membuat para lulusan dengan latar belakang pendidikan menimbang untuk bergabung.
"Saya kemarin sempat berdiskusi dengan Komisi IV terkait hal ini. Guru ini 'kan ada direkrut melalu PPPK dan melalui ASN, yang semuanya melalui kewenangan Kementerian. Guru honor ini 'kan Salary yang kami berikan paling tinggi Rp 2,7-Rp 3 juta. Sehingga jarang sekali orang yang tertarik menjadi guru," bebernya.
Soal itu, Muhaimin mengatakan, dirinya menyampaikan kepada Komisi IV DPRD Balikpapan agar bisa melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam mengatasi kekurangan guru ini. Salah satunya melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR) perusahaan tersebut.
"Kalau menunggu rekrutmen menjadi ASN 'kan harus dari Kementerian. Kalau dia dari guru honor, setelah dua tahun dia baru dapat gaji yang Rp 2,7 juta. Tetapi jika dia dipegang oleh perusahaan, dia bisa mendapatkan gaji yang sesuai," tutur dia.
Nantinya dari program tersebut, ia mengharapkan, dengan kontribusi swasta dapat mengatasi keterbatasan tenaga pengajar. Dirinya tak meminta lebih, minimal dari satu perusahaan bisa memberikan satu guru bagi mereka.
"Tidak usah dua, satu saja. Kalau 100 perusahaan, sudah 100 guru itu yang diberikan ke kami," ujarnya.
Ia bahkan memperbolehkan, jika nantinya guru tersebut berada di bawah naungan swasta, tetap dapat menggunakan seragam dari perusahaan yang menaunginya.
"Nah, itu yang akhirnya menjadi sinergi program, sehingga kekurangan guru kami bisa teratasi dan konsep merdeka belajar juga bisa terpenuhi. Karena mustahil mau merdeka belajar atau guru penggerak kalau gurunya juga kurang," imbuhnya.
Diketahui, jumlah kebutuhan guru di Kota Balikpapan masih jauh dari kata ideal, jika melihat juga dari perkembangan sekolah di Kota Minyak ini. Sementara ini, mereka hanya bisa mengandalkan bantuan dari para guru honorer yang ada. (rin/pro)