TENGGARONG - Wajah baru Tenggarong, Bundaran Tuah Himba sudah resmi dibuka untuk umum. Landmark ini diresmikan langsung pada pergantian tahun 2023, Minggu (31/12) malam tadi. Oleh Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah. Dan disambut antusias oleh masyarakat. Dengan desain yang melibatkan putra daerah, landmark ini memiliki filosofi tersendiri. Lantas, bagaimanakah filosofi Menara Tuah Himba?
Menara Tuah Himba sendiri merupakan karya desain seorang putra daerah, Syandy Diantrisna Kusuma. Sebagai seorang pemenang sayembara desain landmark yang digelar Pemkab Kukar bersama Kaltim Post tahun 2021 silam. Syandy mendesain landmark ini dengan mengangkat kearifan lokal daerah yang dibalut religi, alam hingga budaya.
Yang selama masa pengembangannya juga melibatkan Pemkab Kukar bersama Dewan Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Berdiri megah di tengah Kota Raja dengan hiasan lampu tematik dan air pancur yang berirama. Landmark Menara Tuah Himba memiliki arti dan filosofi yang terbagi menjadi tiga bagian yang merupakan elemen kehidupan di Kutai Kartanegara. Yakni atas, tengah dan bawah.
Bagian atas landmark berbentuk lingkaran melambangkan hamparan-hamparan langit yang berwarna biru sebagai naungan atas kehidupan di bawahnya yaitu manusia dan kehidupan lainnya. Wama biru langit melambangkan simbol kemulyaan langit. Yang juga mengartikan
kepercayaan masyarakat Mutai Kartanegara sebagai tempat turunnya Aji Batara Agung Dewa Sakti dari kayangan (langit) yang menjadi Sultan pertama kerajaan Kutai Kartanegara.
Bagian tengah landmark berbentuk fiang melambangkan manusia Irakyat Kutai Kartanegaral yang berkehidupan dinamis ditapang oleh langit bagian atas dan daratan sertta sungai dibagian bawah. Filosofi ini juga pemah diucapkan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti bahwa kita sebagai manusia dalam kehidupan beradi di tengah-tengah harus melihat 2 keadaan yaitu "ke atas paling tinggi dan ke bawah paling luas".
Manusia (Rakyat Kutai Kartanegaral dilambangkan dengan tiang berjumlah 14 buah. Yang mana angka 14 dalam kepercayaan kesultanan kutai yang mempunyai makna menuju kesempurnaan (yaitu 14 hari bulan) karena 15 hari bulan (bulan berbentuk bulan penuh) atau sempurna yang mana disini kita sebagai manusia tidak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanya milik Allah.
Masing-masing tiang berdiri kokoh dengan dasar 4 (empat) sudut yang memiliki arti (empat) pasak bumi kehidupan yang harus diperhatikan yaitu tata krama, adat istiadat, agama dan berbudaya di negeri sendiri.
Dan bagian bawah landmark berbentuk lingkaran kolam air dan daratan berwarna hijau dimana kolam air melambangkan sungai mahakam sebagai penopang kehidupan masyarakat Kutai Kartanegara dan daratan berwarna hijau melambangkan suburnya tanah Kutai Kartanegara dengan kelebatan hutarinya yang penuh dengan sumber daya alam.
Air melambangkan kemulyaan dan warna hijau melambangkan kesuburan. Air yang melambangkan sungai mahakam juga mengartikan kepercayaan masyarakat Kutai Kartanegara sebagai tempat munculnya Putri Karang Melenu yang menjadi permaisuri Sultan pertama Kutai Kartanegara.
Bagian bawah landmark berupa tiga tingkatan melambangkan tiga anak tangga pada singgasana kesultanan Kutai Kartanegara yang berada pada ruangan Stinggil (Siti Hinggil) Keraton Kutai Kartanegara.
Kini, masyarakat umum sudah dapat menikmati indahnya landmark ini. Pemkab Kukar sendiri berencana menunjang kawasan bundaran landmark ini. Mulai dengan menambah pujasera sebagai pusat kuliner. Hingga melanjutkan pembangunan Gedung Kekraf Tenggarong. (moe)