TARAKAN - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tarakan bersama ormas Islam yang melakukan penggalangan dana sejak 2 pekan lalu dalam rangka mendanai pembinaan dan pemulangan PSK (pekerja seks komersil) pasca penutupan oleh Wali Kota 28 Desember lalu, ternyata belum mencapai target.
Dana masuk yang tercatat di Baznas Tarakan dari setoran MUI dan ormas Islam baru mendekati angka Rp 200 juta. "Menurut catatan bendahara kami di Baznas dana yang dikumpulkan dari masyarakat melalui penggalangan dana baru mendekati angka dua ratusan juta, mungkin belum sampai. Padahal kita butuh dana hingga mencapai Rp 700an juta jika dihitung jumlah seluruh PSK yang ada," kata Ketua Baznas Tarakan K.H. Zainuddin Dalila.
Menurut Kiai yang mengaku ikut turun langsung bersama pengurus MUI dan ormas Islam di jalan bahwa masih banyak masyarakat yang belum paham dan belum sependapat dengan misi penggalangan dana tersebut. Menurutnya, masyarakat belum semuanya memahami apa maksud penggalangan dana ini. Berbeda dengan penggalangan dana untuk korban gempa tsunami. Dimana, dana yang terkumpul banyak sekali. Dikatakannya, ada juga yang tidak sependapat, kalau MUI ikut mengurusin penutupan prostitusi, karena dinilai tugasnya pemerintah.
“Ya, kami bisa memaklumi itu. Itulah sebabnya kami harus besabar dan tidak putus asa untuk terus menjalankan misi ini. Kami yakin yang kami lakukan ini adalah bagian dari tugas para ulama,” ujarnya.
Lanjutnya, tanggung jawab MUI dan ormas Islam, bukan tugasnya pemerintah saja. Mereka para PSK itu harus diselamatkan, dihentikan pekarjaan dosanya, dibantu kembali ke jalan yang benar. Hal ini tentu membutuhkan dana. Selain itu, kota ini juga harus bersih dari maksiat
"Insya Allah penggalangan dana akan dilanjutkan sampai target pengumpulan tercapai yaitu mencukupi untuk biaya pembinaan dan pemulangan PSK ke kampung halamannya masing-masing. (adv/har)