advertorial

Masyaallah

Sabtu, 30 Maret 2019 | 06:53 WIB

Mereka memilih restoran yang unik. Di puncak bangunan tua tujuh lantai. Di lantai yang tidak ada atapnya. Menghadap ke langit. Bisa sambil melihat masjid Badsahi dari atas. Pada waktu malam. Dengan udara sejuk sekitar 22 derajat.

Musik dari lantai bawah terdengar sampai atap ini. Sesekali penyanyinya naik. Dengan wireless microphone. Menyanyikan lagu-lagu entahlah. Itu lagu India atau Pakistan. Di telinga saya kedengarannya sama saja.

"Itu lagu Punjabi," ujar Fahmi.

Toh sama juga. 

Ada beberapa restoran seperti itu di deretan jalan pendek ini. Yang jalannya dibebaskan dari lalu lintas. Banyak kursi di pinggir jalan. Bisa makan sambil mejeng. Untuk yang berlalu-lalang. Atau bisa makan di lantai mana saja di bangunan-bangunan tua itu. 

Itulah food centernya Lahore. 

Kawasan ini mestinya akan indah. Dan menarik. Romantis. Kalau Pakistan sudah kaya kelak.

Untuk sementara ini ya begini dulu. Seadanya dulu. Toh kami datang di waktu malam. Sudah hampir pukul 21.00 pula. Yang kumuh-kumuh sudah tertutup gelapnya malam. Toh penerangan listrik di Pakistan juga tidak terlalu terang.

Orang Pakistan suka makan malam agak larut. Pun waktu kami meninggalkan resto ini. Sudah hampir pukul 24:00 malam. Masih banyak yang baru datang.

Sambil makan saya lebih banyak menatap menara masjid  Badsahi. Juga kubah-kubahnya. 

Itulah masjid terbesar di Pakistan. Sebelum ada masjid Faisal di Islamabad. Yang dibangun dengan dana Raja Faisal dari Saudi Arabia. 

"Di sini jangan bilang bahwa masjid terbesar itu ada di Indonesia. Masjid Istiqlal. Mereka tidak akan percaya. Untuk urusan Islam Pakistan merasa tidak boleh kalah dari mana pun," ujar Ali Muhtadin, yang asli Bojonegoro itu. 

Tapi masjid Badsahi memang hebat. Itulah masjid peninggalan kerajaan Islam Moghul. Yang berpusat di Agra, India. Pada abad ke-15.

Dari diskusi di bawah langit ini  saya tersadar: generasi milenial kita sudah termakan oleh istilah agenda Indonesia emas tahun 2045.

Di kampus mana pun saya menangkap kesan seperti itu. Mereka merasa seperti disiapkan untuk berperan pada tahun 2045. Yang disebut Indonesia emas. 

Halaman:

Tags

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB