• Senin, 22 Desember 2025

Rangsang Produksi Kopi, Ini yang Dilakukan BI

Photo Author
- Selasa, 12 Maret 2019 | 13:44 WIB

SURABAYA – Ngopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern. Maka, tidak heran jika permintaan terhadap kopi di pasar dalam dan luar negeri meningkat. Sayang, produksi kopi di dalam negeri terbatas. Jangankan untuk ekspor, memenuhi kebutuhan domestik saja kewalahan.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (Jatim) Difi Ahmad Johansyah menyatakan bahwa produksi kopi terbatas karena perkebunannya pun demikian. ’’Upayanya, dari sisi perkebunan kopi, bisa dilakukan peremajaan maupun perluasan sehingga kebutuhan kopi dalam negeri terpenuhi,’’ ungkapnya saat acara Ngopi Bareng di De Javasche Bank (Museum BI) kemarin (11/3).

Difi menambahkan bahwa sebagian besar tanaman kopi di perkebunan-perkebunan di Jatim adalah warisan Belanda. ’’Perlu diremajakan,’’ tegasnya. Jika areanya diperluas dan tanamannya diremajakan, dia yakin produksi kopi Jatim akan meningkat. Setidaknya, kebutuhan pasar domestik akan terpenuhi.

Setelah berhasil meningkatkan produksi, tantangan selanjutnya adalah kualitas produk. Jatim perlu berinovasi dalam proses pengolahan kopi agar hasilnya berkualitas. Juga mempertahankan kualitas tersebut agar tetap sama. ’’Jangan sampai kualitas kopi hanya bagus di awal, tapi kemudian menurun,’’ pesan Difi.

Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Kopi Nasional Jatim Muhammad Zakki menegaskan bahwa peningkatan produksi menjadi prioritas utama. Sebab, jika produksi tidak segera meningkat, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengimpor kopi.

Tapi, menurut Zakki, meningkatkan produksi bukan hanya urusan petani. Menanam kopi pun perlu teknik yang lebih modern. Sebab, kini perkebunan kopi sudah menjadi bagian dari industri. ’’Pembinaan dan advokasi itu penting agar petani tidak hanya menjual kepada pedagang. Integrasi hulu dan hilir itu penting,’’ paparnya.

Budi daya kopi konvensional, imbuh Zakki, hanya menghasilkan sekitar 750–1.000 kg per hektare. Sementara itu, petani yang sudah teredukasi dan menerapkan teknologi bisa menghasilkan 1.500–2.000 kg per hektare. ’’Kendalanya adalah memberikan knowledge dan penyadaran kepada petani bahwa kopi bisa diberdayakan. Mulai pemilihan bibit, cara bertanam, hingga proses petik,’’ tandasnya. (res/c22/hep)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X