Harga rumah pada kuartal pertama tahun ini diperkirakan meningkat secara terbatas dibanding kuartal sebelumnya. Kenaikan tertinggi masih terjadi pada rumah tipe kecil.
BALIKPAPAN – Wacana perpindahan ibu kota negara (IKN) baru ke Kaltim mulai berdampak pada sektor properti. Berdasarkan survei harga properti residensial yang dirilis Bank Indonesia, harga hunian mulai meningkat. Survei BI pusat mengindikasikan harga rumah pada kuartal I 2020 tumbuh 0,43 persen secara kuartalan, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 0,3 persen.
Kenaikan tertinggi terjadi pada harga rumah tipe kecil sebesar 0,63 persen, naik dibanding kuartal sebelumnya 0,3 persen. Pertumbuhan harga rumah tipe menengah juga meningkat dari 0,32 persen menjadi 0,4 persen. Sementara secara tahunan, harga rumah tercatat tumbuh melambat dari 1,77 persen menjadi 1,66 persen.
Perlambatan pertumbuhan harga terutama terjadi pada rumah tipe menengah dan besar. Pada kuartal IV 2019, pertumbuhan harga rumah tercatat melambat dari kuartal sebelumnya sebesar 0,5 persen. Kenaikan harga rumah tipe kecil turun paling tajam dibanding kuartal III 2019 yang tumbuh 0,96 persen.
Untuk Balikpapan, kenaikan harga rumah hanya 0,54 persen. Kenaikan harga rumah tertinggi terutama terjadi di Medan, sedangkan pertumbuhan harga rumah terendah berada di Jabodetabek. Hasil survei juga menunjukkan penjualan properti pada kuartal terakhir tahun lalu turun 16,33 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Penurunan penjualan terjadi pada rumah tipe besar mencapai 18,78 persen, rumah tipe kecil 18,51 persen, dan rumah tipe menengah 10,75 persen. Menurut penjelasan responden, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang tinggi masih menjadi hambatan dalam penjualan rumah. Padahal, mayoritas konsumen masih menggunakan KPR untuk membeli rumah. Selain itu, perizinan pengembangan lahan, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR, dan permasalahan pajak disebut turut menjadi hambatan.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Kaltim, Bagus Susatyo mengatakan, saat ini rumah yang laku dijual di harga di bawah Rp 500 juta. “Sekarang paling laris rumah murah. Namun hanya di Balikpapan yang paling gencar menjual rumah ini. Pasarnya sangat bagus. Samarinda dan wilayah lainnya masih kesulitan membangun rumah karena lahan yang ada terlalu jauh,” tuturnya, (17/2).
Sayang, pada saat memiliki prospek bagus, adanya batasan perumahan bersubsidi membuat pengusaha properti kehilangan asa. Ia berharap, isu IKN bisa mendorong pasar properti lebih bergairah. “Jadi mau menaikkan harga juga susah. Sekarang ini ya menjual stok yang ada saja,” sambungnya.
Dia menerangkan, industri properti di Bumi Etam mati suri sejak 5 tahun ke belakang. Sektor properti di kawasan tersebut terutama ditopang oleh kegiatan tambang batu bara. Namun, belakangan bisnis batu bara lesu dan turut menghantam bisnis properti.
Ia membeberkan, penjualan properti untuk kelas menengah atas turun sampai 70-80 persen. Para pengembang pun kemudian lari ke sektor rumah murah atau rumah subsidi untuk mengatasi hal tersebut. (aji/ndu/k18)