SAMARINDA- Kinerja baik industri kelapa sawit di tengah pandemi membuat daya beli petani di Bumi Etam terus menunjukkan penguatan. Pada Februari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat nilai tukar petani (NTP) sebesar 116,85 atau naik 0,52 persen dibanding Januari 2021.
Ada tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTP, yaitu hortikultura sebesar 0,81 persen, tanaman perkebunan rakyat (1,36 persen), dan peternakan (0,08 persen). Sementara itu, dua subsektor lain mengalami penurunan, yaitu tanaman pangan sebesar 0,84 persen dan perikanan 0,68 persen.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, jika dilihat peningkatan NTP tertinggi disumbang oleh petani perkebunan rakyat. Hal itu tentunya tak lepas dari kinerja positif industri kelapa sawit di tengah pandemi, baik dari sisi perkebunan, petani, maupun pabrik.
Di tingkat petani terjadi peningkatan dari jumlah panen, hingga harga TBS. Bahkan saat ini harga TBS mencapai Rp 1.931 per kilogram, harga tersebut sangat tinggi dibandingkan biasanya. “Peningkatan harga TBS ini tentunya membuat kemampuan membayar petani lebih tinggi, sehingga NTP sektor ini mengalami peningkatan,” jelasnya, Rabu (3/3).
Dia mengatakan, kinerja kelapa sawit memang cukup baik di tengah banyaknya sektor yang menurun signifikan. Capaian positif industri sawit sepanjang 2020 utamanya didorong mandatori B30 atau campuran biodiesel 30 persen dalam BBM jenis solar. Program tersebut meningkatkan penyerapan sawit di dalam negeri.
Tingginya penggunaan produk sawit turut membuat harga TBS menunjukkan tren peningkatan. “Sehingga walaupun situasi pandemi, tapi industri sawit tetap berjalan dengan normal. Mulai dari perkebunannya, petani hingga seluruh pabriknya, sehingga NTP juga membaik pada sektor ini,” tuturnya.
Terpisah, Pengamat Pembangunan Pertanian Pedesaan Ibrahim mengatakan, pada awal tahun biasanya NTP akan lebih tinggi. Beberapa sektor memasuki musim panen sehingga kemampuan para petani lebih besar. Peningkatan juga disebabkan beberapa hasil pertanian mengalami peningkatan kualitas. “Memasuki musim panen, biasanya NTP akan meningkat signifikan. Namun, ketika musim panen lewat NTP akan kembali menurun. Sehingga, fluktuasi merupakan hal biasa,” katanya.
Menurutnya, permintaan hasil pertanian juga meningkat pada awal tahun. Sehingga cash flow para petani turut meningkat. Kemampuan bayar yang semakin tinggi ini menyebabkan NTP Kaltim lebih tinggi pada awal 2021. Hanya, BPS menghitung seluruh hasil pertanian termasuk perkebunan. Mungkin juga sektor ini sedang memasuki harga yang lebih baik, sehingga turut menjadi pendongkrak NTP Kaltim.
“Saya berharap peningkatan NTP ini bisa berjalan lebih lama, sehingga kemampuan para petani bisa lebih besar,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)