• Senin, 22 Desember 2025

Harga Beras Terus Naik, Pemerintah Didesak Sinkronisasi Data Beras untuk Pedagang dan Bansos

Photo Author
Indra Zakaria
- Selasa, 13 Februari 2024 | 09:21 WIB
ILUSTRASI. Pedagang merapikan beras yang di jual di Depok, Jawa Barat. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
ILUSTRASI. Pedagang merapikan beras yang di jual di Depok, Jawa Barat. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

PEDAGANG maupun pelaku usaha juga resah dengan kenaikan harga beras. Pengusaha menyebutkan bahwa harga beras meningkat 20–30 persen dari level produsen. Mereka tak punya pilihan selain menjual beras sesuai dengan mekanisme pasar. Di sisi lain, pedagang juga menyoroti tata kelola perdagangan beras yang tidak optimal.

“Kami mendapat laporan, harga beras medium rata-rata Rp 13.500 per kilo, sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp 18.500 per kilogram,” ujar Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan.

Baca Juga: Aprindo: Harga Beras Naik Karena Produsen Kasih Harga Tinggi

Ikappi menilai, melambungnya harga beras di atas HET (harga eceran tertinggi) disebabkan beberapa faktor. Pertama, pemerintah tidak serius dalam pengelolaan perberasan sejak musim tanam 2022 hingga kini. Akibatnya, data produktivitas beras simpang siur.

”Kedua, kami mendorong sinkronisasi data antara beras yang disebarkan di masyarakat untuk bansos dan beras yang disebarkan untuk pedagang pasar. Itu penting untuk keberlangsungan pasar agar harga di pasar tidak tinggi,” tegasnya.

Ikappi meminta pemerintah berhati-hati dengan lonjakan harga beras dan sulitnya beras didapatkan di pasar tradisional. ”Ini penting karena ini momen politik, musim pemilu sehingga banyak beras yang diambil di luar pasar tradisional atau produsen besar. Ini yang harus dijaga pemerintah,” tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menegaskan, peritel tidak ingin pemerintah memberikan solusi masalah beras seperti minyak goreng yang sempat langka lalu. Yakni, peritel tetap menjual barang sesuai HET dengan selisih harga disubsidi pemerintah.

Roy menyatakan, pengusaha ritel mengusulkan dua solusi agar kelangkaan ini tidak berlarut. Pertama, meminta relaksasi HET beras. Hal ini dapat diusahakan jika pengusaha ritel, produsen, dan pemerintah duduk bersama. ”Tentunya produsen enggak mau jual di bawah HET (harga eceran tertinggi). Jadi, ada harga tengah sehingga peritel juga nggak beli mahal, jual rugi,” ujar Roy.

Selanjutnya, peritel meminta pemerintah melalui Perum Bulog memberikan kepastian pasokan beras stabilitas pasokan harga pangan (SPHP) di seluruh ritel di Indonesia. Tujuannya, menutupi kekosongan stok selama sebulan ini. ”Alternatif kedua, Bulog menjamin beras medium di seluruh ritel dengan merata selama Februari,” tegasnya.

Roy menjelaskan, kelangkaan terjadi karena pengusaha saat ini menahan pembelian pasokan baru dari produsen atau distributor. Pengusaha ritel belum membeli stok baru dari produsen karena harga jual yang ditawarkan melonjak 20–30 persen dari sebelumnya.

”Saat ini ritel hanya menjual stok beras cadangan yang ada di gudang. Jika sudah terjadi kekosongan, artinya cadangan di gudang juga sudah habis,” bebernya. (agf/JPG/rom/k8)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X