• Senin, 22 Desember 2025

Tertekan Boikot Pro-Israel, Industri Memilih Bertahan Tidak Lakukan PHK

Photo Author
Indra Zakaria
- Sabtu, 16 Maret 2024 | 09:10 WIB
Merrijantij Punguan Pintaria
Merrijantij Punguan Pintaria

 

Aksi simpati masyarakat Indonesia atas konflik Palestina dan Israel berbuntut pada boikot produk terafiliasi dengan Israel. Sektor industri tidak menampik bahwa boikot tersebut langsung atau tidak langsung, menekan penjualan brand tertentu yang diisukan. Meski demikian, pelaku usaha terdampak dinilai masih kuat bertahan untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Merrijantij Punguan Pintaria mengatakan, kinerja industri makanan dan minuman (mamin) menurun akibat terdampak aksi boikot produk pro-Israel. “Cukup berdampak. Itu menurunkan kinerja industri kita. Tapi, memang sangat sensitif dan industri kita ini masih mencoba bertahan untuk tidak merumahkan karyawannya,” ujarnya, (14/3).

Baca Juga: Impor Kurma RI Naik 25,77 Persen Tembus 11,24 Ribu Ton, Paling Banyak dari Negara Ini...

Merri menyebut, industri cukup khawatir bila boikot berlangsung lebih panjang. Maka, dia berharap aksi tidak berlangsung lama, mengingat banyak pekerja bergantung pada sektor industri makanan dan minuman tersebut.

Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah berharap, aksi boikot produk pro-Israel berakhir. Budi mengatakan, tindakan tersebut hanya akan merugikan industri dalam negeri lantaran semua merek asing tersebut diproduksi menggunakan bahan baku lokal. "Itu merugikan bangsa kita sendiri. Mau itu merek asing, kalau dibuat di Indonesia itu jadi program pemerintah dan harus kita dukung," tegasnya.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menambahkan, aksi itu memiliki dua sisi. ”Satu sisi ini gerakan moral yang harapannya memaksimalkan atau mengefektifkan tekanan terhadap Israel,” ujarnya. Di sisi lain, berdampak terhadap perekonomian Indonesia. ”Kita mesti meminimalkan dampak terhadap ekonomi Indonesia sendiri,” tambahnya.

Faisal menyarankan pemerintah perlu mengantisipasi khusus meskipun, dengan program yang sudah ada. ”Misalnya terjadi PHK gara-gara penurunan permintaan, sebetulnya pada saat pandemi sudah ada program-program untuk menolong mereka yang terkena PHK. Ini bisa jadi consider kalau dampaknya meluas,” pungkasnya. (agf/JPG/rom/k15)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Jawapos

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X