• Senin, 22 Desember 2025

Kota-kota di Kaltim ini Alami Lonjakan Transaksi Nontunai, Penggunaan Kartu Kredit Menjadi yang Tertinggi

Photo Author
Indra Zakaria
- Rabu, 24 April 2024 | 16:35 WIB
ilustrasi transaksi non tunai
ilustrasi transaksi non tunai

 Transaksi nontunai secara umum berasal dari sistem pembayaran Bank Indonesia. Antara lain real time gross settlement (RTGS) dan sistem kliring nasional Bank Indonesia (SKNBI). Pada triwulan IV 2023 mengalami pertumbuhan baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Secara nominal, transaksi sistem pembayaran tumbuh 27,55 persen year on year (yoy) atau nilainya Rp 72,18 triliun. Jauh lebih tinggi dibanding triwulan yang sama pada 2022 yang hanya Rp 56,59 triliun. Hal itu sejalan dengan pertumbuhan seluruh lapangan usaha di Kaltim

Berdasarkan volume, transaksi sistem pembayaran tumbuh 3,72 persen yoy, atau mencapai 271,46 ribu transaksi. Lebih tinggi dibanding triwulan IV 2022, yakni 262,87 ribu transaksi. 

“Selain karena membaiknya aktivitas di seluruh lapangan usaha di Kaltim, juga semakin meningkatnya indeks keyakinan konsumen,” beber Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim Budi Widihartanto, Senin (22/4).

Secara nominal, transaksi didominasi oleh RTGS. Sedangkan dari sisi volume didominasi oleh SKNBI. Nominal lewat RTGS mencapai Rp 57,79 triliun atau 83 persen dari total transaksi. Sementara untuk volume, mencapai 242,96 ribu transaksi, setara dengan 89 persen dari total transaksi.

“RTGS tumbuh baik dari sisi nominal maupun volume. Transaksi mencapai 31,44 persen yoy. Volumenya naik 16,11 persen yoy yang mencapai 28,51 ribu transaksi. Begitu juga SKNBI. Nominal transaksi tumbuh 11,60 persen yoy atau sebesar Rp 12,39 triliun. Lebih tinggi dibanding triwulan IV 2022 sebesar 11,10 triliun. Sedangkan volumenya, tumbuh 1,95 persen yoy dan mencapai 242,96 ribu transaksi,” paparnya. 

Untuk transaksi kartu kredit mengalami pertumbuhan yang baik pula. Dari sisi nominal, Budi mengatakan, ada pertumbuhan hampir 50 persen. Yakni 48,15 persen yoy dengan nominal Rp 816,25 miliar.

“Dibandingkan triwulan IV 2022 jauh naiknya, karena saat itu nilainya hanya Rp 550,97 miliar. Volume transaksi juga alami pertumbuhan sebesar 27,95 persen yoy dengan jumlah transaksi mencapai Rp 695,55 ribu,” jelas dia. Balikpapan jadi penggerak utama pertumbuhan transaksi kartu kredit di Kaltim. Berdasarkan nominal, Kota Minyak memiliki porsi sebesar 52 persen. Disusul Samarinda dengan 34 persen. Lalu, Bontang dan Kutai Kartanegara masing-masing 4 dan 3 persen. 

Transaksi dengan kartu debit atau ATM mengalami kontraksi 7,78 persen yoy dengan nilai Rp 2,69 triliun. Namun dari sisi volume, mengalami pertumbuhan hingga 42,65 persen yoy atau sebanyak 5,13 juta transaksi.

“Secara spasial, Balikpapan dan Samarinda jadi penggerak utama pertumbuhan transaksi debit. Porsi untuk Balikpapan 38 persen, Samarinda 35 persen. Untuk volumenya, porsi Balikpapan 41 persen dan Samarinda 34 persen,” ungkap Budi.

Transaksi uang elektronik juga mengalami pertumbuhan 24,50 persen yoy atau mencapai Rp 1,45 triliun. Volumenya tumbuh 28,68 persen yoy atau sebanyak 12,39 juta transaksi. Pertumbuhan ini sejalan dengan gencarnya sosialisasi dan edukasi kebijakan transaksi nontunai yang berdampak pada peningkatan literasi penggunaan transaksi nontunai oleh masyarakat. (dwi/k15/jnr)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X