Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampak melemah dan hampir mendekati Rp 16.000 per dollar AS. Pada Rabu (22/5) pukul 16:01 WIB, Rupiah melemah tipis 0,02 persen menjadi Rp 15.995.
Terkait Rupiah yang makin melemah terhadap dollar AS, Gubernur BI Perry Warjiyo merespons agar semua pihak tidak usah kaget terhadap perlemahan itu. Menurutnya, nilai tukar mata uang cenderung bergerak dinamis dari hari ke hari. Bahkan, secara keseluruhan, BI memandang rupiah cenderung menguat stabil.
“Enggak usah kaget, enggak usah bingung. Rp 15.990 Alhamdulillah, yang penting stabil. Sisi kita Rp 16.000 bahkan menuju Rp 15.900 bahkan seterusnya, dari hari ke hari nilai tukar naik turun,” kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (22/5).
Lebih lanjut, Perry menjelaskan nilai tukar Rupiah secara bulanan pada Mei 2024 hingga 21 Mei 2024 kembali menguat 1,66 persen (ptp), setelah pada April 2024 melemah 2,49 persen (ptp).
Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh dampak positif respon bauran kebijakan moneter Bank Indonesia pada bulan April 2024. Respon kebijakan ini mendorong masuk aliran modal asing, terutama ke SBN dan SRBI, sebesar 4,2 miliar dolar AS pada bulan Mei 2024 sampai dengan 20 Mei 2024.
BI pun menilai, dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah melemah 3,74 persen dari level akhir Desember 2023. Meski begitu, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Won Korea, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 4,91 persen, 5,52 persen, dan 5,99 persen.
Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat yang didorong oleh imbal hasil yang menarik sejalan dengan kenaikan BI-Rate, premi risiko yang turun, prospek perekonomian yang lebih baik, dan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah.
Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah, termasuk melalui penguatan strategi operasi moneter yang pro-pasar dengan mengoptimalkan instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.
Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
“Secara keseluruhan Bank Indonesia melihat rupiah stabil dan akan cenderung menguat. Tadi 4 faktor yang sudah kami sampaikan kembali masuknya aliran porto asing, yang kedua menariknya imbal hasil, yang ketiga prospek ekonomi Indonesia yang bagus dibandingkan emerging market, yang keempat komitmen BI menjaga stabilitas,” tuturnya.