• Minggu, 21 Desember 2025

BPS Beberkan Data 10 Juta Gen Z Menganggur

Photo Author
Indra Zakaria
- Minggu, 26 Mei 2024 | 12:00 WIB
ilustrasi generasi Z
ilustrasi generasi Z
 
Prokal.co - Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis sebuah data yang memprihatinkan, dimana sekitar 10 juta generasi muda dengan rentang usia 15-24 tahun atau dikategorikan dalam Gen Z sedang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur. 
 
Mereka sampai-sampai dikategorikan sebagai Not in Employment, Education, and Training (NEET) yang dicatat dari tahun 2019 hingga 2023.
 
Generasi muda yang dikategorikan dalam NEET antara lain termasuk pada usia angkatan kerja tetapi menganggur, anak muda yang tidak sedang bersekolah/pelatihan, serta bukan angkatan kerja (hanya mengurus rumah tangga).
 
Jika dirata-rata, sejak tahun 2019 prosentase anak muda yang bekerja adalah di kisaran 40 persen. Rinciannya, pada 2019 anak muda yang bekerja hanya 39,3 persen, selanjutnya tahun 2020 (38,6 persen), 2021 (38,0 persen), 2022 (38,4 persen) dan tahun 2023 (40,2 persen).
 
Sementara itu, angka anak muda yang tidak bersekolah rata-rata juga cukup meningkat. Pada tahun 2019 angkanya mencapai 35,8 persen, kemudian 2020 (34,4 persen), 2021 (32,8 persen), 2022 (35 persen) dan 2023 meningkat menjadi 35,5 persen.
 
Begitu juga dengan kaum NEET yang tidak bekerja dan juga tidak bersekolah atau tidak sedang dalam pelatihan pada 2019 capai 21,8 persen, 2020 (24,3 persen) yang menjadi angka tertinggi NEET sepanjang lima tahun terakhir, 2021 (22,4 persen), 2022 (23,2 persen) dan tahun 2023 menjadi 22,3 persen.
 
Ternyata prosentase tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia. Secara global, kaum NEET rata-rata di dunia mencapai 21,6 persen. Sedangkan kaum NEET di Indonesia sedikit lebih tinggi, yaitu 22,3 persen.
 
BPS juga membeberkan sejumlah penyebab tingginya kaum NEET di Indonesia, antara lain antara pendidikan dengan lapangan kerja dan kebutuhan industri tidak sesuai, namun para Gen Z malah minim mendapatkan atau mengakses pelatihan kerja.
 
Selain itu, adanya "diskriminasi" dalam kesempatan kerja juga turut menjadi penyebab Gen Z banyak yang menganggur. Misalnya lebih memilih laki-laki sebagai karyawan, kecilnya kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, serta pekerja yang minim pengalaman jarang dipilih.
 
Lalu ada juga sejumlah Gen Z yang belum bekerja karena masih berada dalam proses pencarian kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. 
 
"Mereka yang (menganggur) rentang usianya 18-24 tahun, yang selesai lulus SMA, SMK atau mereka lulus perguruan tinggi. Dan rata-rata mereka sedang mencari pekerjaan atau meneruskan kuliah," jelas Menaker Ida Fauziah seperti dikutip dari Pojok Satu.
 
Prosentase angka NEET yang cukup tinggi itu jika dibiarkan bisa berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial dan gejala gangguan sosial politik. Maka dari itu, Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain bersinergi dengan dunia pendidikan.
 
"Kita terus lakukan sinergitas dengan dunia pendidikan. Kita pertemukan semua stakeholder ini dalam ekosistem ketenagakerjaan yaitu melalui program Siap Kerja, dan juga Sistem Layanan Informasi Ketenagakerjaan," jelas Menaker.
 
Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Melalui peraturan ini, partisipasi dunia usaha dan industri dalam hal pelatihan vokasi dan juga pendidikan bisa memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja.  ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Jawapos

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X