• Senin, 22 Desember 2025

Memang Wow..!! Pertumbuhan Sektor Ekraf Kaltim Mencapai Rp 29 Triliun

Photo Author
- Jumat, 14 Juni 2024 | 17:50 WIB
KONTRIBUSI: Diskusi: FGD dalam rangka penyiapan bahan kebijakan bidang ekonomi kreatif di Kaltim di Swissbell Hotel Balikpapan, Selasa (11/6). (SYAHRUL/KP)
KONTRIBUSI: Diskusi: FGD dalam rangka penyiapan bahan kebijakan bidang ekonomi kreatif di Kaltim di Swissbell Hotel Balikpapan, Selasa (11/6). (SYAHRUL/KP)

 

 Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim mendorong daerah yang ada di Benua Etam untuk terus melakukan pengembangan terhadap sektor ekonomi kreatif (ekraf). Karena sektor tersebut memiliki kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni mengungkapkan, untuk pengembangan ekraf tersebut sudah mencapai 5,61 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di Kaltim pada 2023.

“Kalau besaran nilai Rupiahnya sekitar 29 triliun, ini angka yang tidak kecil,” ungkapnya kepada Kaltim Post, seusai kegiatan fokus grop discussions (FGD) di Swissbell Hotel Balikpapan, Selasa (11/6).

Dalam melihat kontribusi ekonomi pada sektor ekraf maka harus dilakukan pengukuran secara berkala. Itu dilakukan, sebagai langkah untuk memudahkan dalam proses pengembangan lebih lanjut. “Jadi kita harap setiap tahun atau minimal 2 tahun sekali. Dari pengukuran itu, kita akan melihat sektor mana yang perlu di intervensi lebih lanjut,” tutur Sri.

Menurutnya, dari 5,61 persen itu terdapat beberapa sektor unggulan ekraf Kaltim. Pertama, kuliner; kedua, kriya; ketiga, Fashion; dan keempat, penerbitan. “Tapi dari tiga itu (yang) sesuai dengan sektor unggulan kita kuliner, kriya, dan fashion,” jelasnya.

Sementara itu, sektor ekraf terbesar yaitu kuliner seperti masakan olahan kepiting lunak dan mantau. Dikarenakan, kuliner tersebut sering dijadikan oleh-oleh ketika orang luar berkunjung ke Kaltim.

“Coba bayangkan ada berapa pusat oleh-oleh yang menyediakan mantau di Balikpapan. Udah banyak itu artinya memenuhi demand (permintaan) dari orang yang datang ke sini, untuk membawa (oleh-oleh). Kalo nggak ada demand, supply-nya (penawaran) nggak banyak,” tutur Sri.

Artinya, kata Sri, itu merupakan bentuk dari ekonomi kreatif karena ada karakter yang diciptakan dari makanan olahan tersebut. Tidak hanya oleh-oleh tersebut, tapi juga ada jenis lainnya yang diolah dari ikan yaitu amplang.

Oleh-oleh itu sudah menjadi ciri khas dari Kaltim. “Kita harus punya ciri khas (seperti) amplang Kaltim itu khasnya, ikan belida, ikan tenggiri, dari kepiting juga ada dan varian-variannya,” sebutnya.

Sri menambahkan, jadi sektor kuliner yang produk olahan di Kaltim sudah cukup maju. Hanya saja sektor kuliner untuk makanan berat masih perlu penguatan baik layanan sajian maupun lainnya.

Misalnya masyarakat yang berkunjung di Kaltim bisa menikmati kuliner kepiting atau seafood yang sudah tersedia di Samarinda, Balikpapan, dan Kukar. “Tapi tapi kita ingin setiap daerah itu punya kuliner khas yang disajikan dengan standar yang baik, untuk konsumen menengah maupun ke atas,” ujar Sri.

Di satu sisi, kuliner yang tersedia kalau bisa ada identitas lokalnya. “Tapi diluar itu boleh untuk kuliner yang kreatif, tapi tentu kita ingin ciri khas Kaltim. Orang mau datang ke satu daerah itu, karena ingin mencoba keunikan kuliner,” tuntasnya.(rul/waz)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X