• Senin, 22 Desember 2025

Gaptek dan Masih Nyaman Pegang Uang Tunai, Kebanyakan Pedagang Usia Lanjut Memilih Non-QRIS

Photo Author
- Rabu, 19 Juni 2024 | 16:05 WIB
MIGRASI: Kesadaran dan minat masyarakat dalam bertransaksi nontunai terus mengalami kenaikan yang signifikan.
MIGRASI: Kesadaran dan minat masyarakat dalam bertransaksi nontunai terus mengalami kenaikan yang signifikan.

Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) telah mengalami pertumbuhan pesat. Namun, tantangan di pasar tradisional masih ada. Normaniah, Kepala UPTD Pasar Wilayah I Dinas Perdagangan (Disdag) Balikpapan, mengungkapkan bahwa belum semua pedagang di Pasar Inpres Kebun Sayur beralih menggunakan QRIS. 

Menurut Normaniah, alasan utama keterlambatan ini adalah keterbatasan penggunaan teknologi di kalangan pedagang yang umumnya berusia lanjut dan kurang terbiasa menggunakan perangkat modern. Beberapa pedagang merasa lebih nyaman menggunakan uang tunai karena mereka dapat langsung memegang uang tersebut.  

"Beberapa pedagang merasa nyaman dengan uang tunai dan merasa sulit untuk beralih menggunakan QRIS," ujar Normaniah pada Minggu (17/6).  

"Banyak dari mereka masih menggunakan handphone tipe lama, yang sulit untuk mengecek transaksi yang masuk," lanjutnya.

Normaniah menyebutkan, dari sebanyak 180 pedagang yang berjualan di Pasar Inpres Kebun Sayur, mayoritas berusia di atas 50-60 tahun. Keterbatasan penglihatan serta ketidakcakapan alias gaptek dalam menggunakan gadget modern menjadi alasan terbesar mereka belum beralih ke QRIS. 

"Saat ini, baru 10 pedagang yang menggunakan QRIS. Pihak Bank Indonesia (BI) beberapa kali melakukan edukasi tentang QRIS. Namun, pedagang ini memerlukan regenerasi dan revitalisasi agar penggunaan pembayaran digital bisa dilakukan secara maksimal," ungkapnya. 

Data dari Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah (KPwBI) Balikpapan, Robi Ariadi, menunjukkan bahwa jumlah merchant QRIS telah mencapai 29,6 juta di seluruh Indonesia, dengan mayoritas berasal dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Transaksi menggunakan QRIS selama Ramadan dan Idulfitri tahun lalu di Balikpapan mencapai Rp 1,96 triliun, melebihi proyeksi sebelumnya. 

Pemanfaatan QRIS di Balikpapan sendiri mengalami peningkatan signifikan. BI Balikpapan aktif mempromosikan penggunaan QRIS tidak hanya di pasar modern seperti Pasar Pandansari dan Pasar Klandasan, tetapi juga di pasar tradisional seperti Pasar Inpres Kebun Sayur. Upaya ini sejalan dengan komitmen BI Balikpapan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat.

Meskipun demikian, Robi mengakui bahwa sosialisasi QRIS di kalangan pedagang tradisional membutuhkan waktu. Oleh karena itu, BI berkomitmen untuk terus melakukan pembinaan dan edukasi kepada pedagang agar mereka semakin terbiasa dengan teknologi QRIS ini.  

Pada tahun 2023, BI Balikpapan mencatat lebih dari 9,3 juta transaksi QRIS dengan nilai mencapai Rp 1,46 triliun. Target BI Balikpapan untuk tahun 2024 adalah meningkatkan volume transaksi QRIS menjadi 10,6 juta, sebagai bagian dari upaya mereka dalam memperluas adopsi teknologi digital di masyarakat.  

Robi berharap pasar tradisional Balikpapan, seperti Pasar Inpres Kebun Sayur, akan semakin mengadopsi QRIS. Dengan dukungan yang terus-menerus dari pihak terkait, diharapkan bahwa QRIS dapat membawa manfaat lebih luas bagi masyarakat, termasuk pedagang tradisional, dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi keuangan mereka. 

"Kita ketahui saat ini banyak masyarakat memilih hanya membawa handphone kemana-mana agar lebih praktis. Pembayaran pun lebih aman dan terhindar dari uang palsu karena menggunakan QRIS," tandasnya. (*)

 

 
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X