Kondisi transportasi udara dari Sampit, Kalimantan Tengah saat ini kian memprihatinkan, bahkan baru ini rute Sampit-Surabaya yang menjadi salah satu jalur terpadat dengan penumpang cukup tinggi hilang dari jadwal penerbangan. Kondisi ini disebut sebagai awal dari kematian Bandara H Asan Sampit. “Bisa dikatakan ini kemunduran terbesar sektor perhubungan udara kita. Sampai rute Sampit-Surabaya ini menghilang dari jadwal. Seharusnya bertambah, ini malah berkurang,” kata anggota Komisi IV DPRD Kotim Handoyo J Wibowo.
Bagi masyarakat Kotawaringin Timur, ini merupakan kemunduran yang begitu signifikan. Padahal selama ini DPRD selalu mendukung bagaimana agar Bandara H Asan Sampit bisa semakin maju. “Bisa dikatakan ini sangat mundur dibanding sebelumnya. Selain harga tiket mahal, kini tidak ada lagi rute penerbangannya,” kata dia. Menurut dia, ketersediaan transportasi udara merupakan salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Jika aktivitas bandara selalu ramai, maka bisa mengindikasikan bahwa daerah itu maju.
“Kalau bandaranya hanya buka seminggu sekali, ini jadi pertanyaan. Ini ada masalah yang serius yang harusnya segera ditangani dan dibereskan,” tegasnya. Rute penerbangan Sampit-Surabaya di Bandara Haji Asan Sampit ditiadakan sementara karena ada maintenance atau proses perawatan pesawat.
Hal ini pun dibenarkan oleh Plt Kepala Dinas Perhubungan Kotim Rody Kamislam ”Informasi yang kami terima, maskapai pesawat Wings Air saat ini masih maintenence, statusnya masih cancel penerbangan sejak beberapa hari lalu. Begitu juga, pesawat NAM Air juga melakukan perawatan dan baru kembali beroperasi pada 23 Juli 2024 mendatang,” kata Rody Kamislam, (18/7/2024).
Bandara Haji Asan Sampit sebelumnya melayani dua rute penerbangan Sampit-Surabaya dari maskapai Wings Air dan rute penerbangan Sampit-Jakarta dari Maskapai NAM Air. Penghentian operasional menghambat rencana masyarakat yang ingin bepergian keluar kota atau sebaliknya. Warga Kotim terpaksa harus melewati penerbangan di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya dan Bandara Iskandar Pangkalan Bun sebagai dua bandara terdekat yang dapat ditempuh 4-5 jam lewat jalur darat dari Kota Sampit.
Pemkab sudah berupaya bersurat ke Wings Air untuk menyediakan pesawat lain dengan tipe sama agar dapat melayani masyarakat yang ingin menuju rute Sampit-Surabaya, namun belum terealisasi. Upaya yang sama juga dilakukan Dishub Kotim kepada NAM Air agar pihak maskapai dapat menyediakan layanan rute Sampit-Surabaya. Dishub berharap NAM Air bisa menyediakan rute Sampit-Jakarta dan Sampit-Surabaya.
Upaya penjajakan juga akan ditempuh Pemkab Kotim dengan berkomunikasi ke Citilink yang juga pernah beroperasi di Bandara Haji Asan Sampit. Lebih lanjut Rody mengatakan, masalah infrastruktur landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit yang belum memadai menjadi masalah krusial yang dihadapi saat ini. Pasalnya, landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit yang ada saat ini hanya dapat diakses oleh pesawat dengan type 737 500 atau type ATR 72-500.
”Informasi yang saya terima dari Kemenhub, pesawat dengan type 737-500 dan ATR itu sangat terbatas, jumlahnya hanya tersisa tiga unit. Sementara yang tersedia pasaran itu type pesawat 737-800 dan Air Bush 320 yang masalahnya pesawat dengan type ini tidak bisa mendarat di Bandara Haji Asan Sampit karena infrastruktur landasan pacu bandara belum memadai untuk pesawat besar,” katanya. Menyikapi masalah ini, Pemkab Kotim masih berupaya mewujudkan pengembangan landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit dengan melakukan upaya perluasan landasan pacu dari panjang semula 2.060 meter menjadi 2.260 meter dan pelebaran 30 meter menjadi 45 meter. Bupati Kotim Halikinnor juga telah beberapa kali menghadap Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan membahas hal tersebut. Terakhir, pada 10 Juni 2024 lalu, Bupati Kotim menandatangani kesepakatan dengan Dirjen Perhubungan terkait hibah tanah untuk perpanjangan runway dan dalam kesepakatan itu pengembangan bandara akan dilakukan bertahap selama 2024-2027. (ang/yit)