• Senin, 22 Desember 2025

Inflasi Triwulan III di Kaltim Bisa Lebih Tinggi, Cuaca Ganggu Pasokan Pangan hingga Kenaikan BBM Jadi Faktor Penyebab

Photo Author
- Senin, 30 September 2024 | 13:45 WIB
POTENSI TERGANGGU: Pasokan pangan berpotensi mengalami keterbatasan imbas puncak musim kemarau melanda Jawa Timur yang menjadi sentra komoditas pangan.
POTENSI TERGANGGU: Pasokan pangan berpotensi mengalami keterbatasan imbas puncak musim kemarau melanda Jawa Timur yang menjadi sentra komoditas pangan.

 

Tracking inflasi pada triwulan III 2024 diperkirakan berada di rentang target sasaran meski lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2024. Hal itu disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim Budi Widihartanto.

“Hal ini didorong oleh beberapa faktor. Seperti cuaca yang memengaruhi pasokan pangan, kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM), dan kepindahan aparatur sipil negara (ASN) ke IKN. Pada Juli-September 2024, diperkirakan terjadi puncak musim kemarau di Jawa Timur sebagai sentra komoditas pangan. Sehingga pasokan memiliki risiko keterbatasan,” bebernya.

Kenaikan tarif BBM pada Agustus lalu juga seiring dengan kenaikan harga komoditas minyak global. Sehingga berpotensi meningkatkan tekanan inflasi. Faktor lainnya yang turut memengaruhi adalah potensi kenaikan permintaan seiring kepindahan ASN ke IKN. Dengan perkiraan 1.740 orang ASN.

“Pada Triwulan III 2024, sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami curah hujan rendah hingga menengah dengan potensi banjir aman hingga menengah pula. Badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan intensitas rendah (di bawah 100 mm per bulan) hingga menengah (100-300 mm per bulan). Termasuk wilayah kita, Kalimantan Timur,” lanjutnya.

BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi banjir dengan intensitas aman hingga menengah, termasuk Kaltim. Pemantauan BMKH terhadap anomali iklim global menunjukkan Nino 3.4 atau, serta indeks ENSO sebesar +0,12 atau dalam kondisi netral.

Sehingga, sebut Budi, ini menunjukkan fenomena El Nino 2023-2024 telah berakhir. Serta diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai Agustus. “Nah, La Nina ini yang berpotensi menyebabkan keterbatasan pasokan pangan. Khususnya komoditas hortikultura. Sebab peningkatan curah hujan di berbagai wilayah. Sehingga memengaruhi proses tanam komoditas hortikultura yang rentan terhadap cuaca ekstrem,” papar Budi.

Peningkatan curah hujan yang memicu banjir pun memengaruhi proses panen. Gelombang tinggi juga memberi imbas proses distribusi komoditas pangan dari daerah sentra terhambat. 

“Inflasi Kaltim secara tahunan dan bulanan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Juli 2024 inflasi 2,18 persen year on year (yoy) atau menurun dibanding Juni yakni 2,99 persen yoy. Inflasi tahunan menurun disebabkan oleh penurunan harga komoditas pangan, khususnya hortikultura. Pasokan yang melimpah seiring mulai masuknya panen di daerah sentra menjadi penyebab penurunan harga komoditas seperti bawang merah dan tomat,” kata dia.

Selain itu, normalisasi mobilitas masyarakat pasca momen HKBN Iduladha dan libur sekolah turut mendorong penurunan harga pada kelompok transportasi. Sementara secara bulanan, terjadi deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,38 persen month to month (mtm), lebih dalam dibandingkan Juni 2024 yang terdeflasi sebesar 0,05 persen mtm.(*)

 
 
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X