Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel dan kunjungan wisatawan di Kalimantan Timur (Kaltim) termasuk tinggi pada Agustus 2024. TPK hotel di Kaltim tercatat sebesar 67,62 persen, yang sekaligus mencatatkan Kaltim sebagai peringkat kedua dengan TPK tertinggi di Indonesia, setelah Bali.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Yusniar Juliana pada rilis BPS Kaltim secara daring di Samarinda, Selasa (1/10) membahas inflasi, pariwisata, transportasi, NTP, dan ekspor-impor Kaltim pada Agustus 2024.
Dia menyebut tingginya TPK hotel di Kaltim ini, merupakan multiplier effect (efek berganda) keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN). Meski begitu, sebenarnya angka TPK Kaltim pada Agustus mengalami penurunan jika dibandingkan Juli 2024 yang 69,88 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, TPK hotel di Kaltim mengalami peningkatan dengan tercatat pada Agustus 2023 sebesar 58,82 persen. “Jadi memang secara rata-rata angka TPK di Kaltim ini relatif tinggi. Ini indikasi bahwa peluang kepariwisataan di Kalimantan Timur cukup baik. Dengan adanya posisi kita relatif tinggi di atas rata-rata secara nasional,” ungkapnya.
Secara umum rata-rata lama menginap tamu pada hotel klasifikasi bintang selama Agustus 2024 mencapai 1,74 hari. Mengalami penurunan sebesar 0,04 poin, dari rata-rata lama tamu menginap Juli 2024, yaitu dari 1,78 hari menjadi 1,74 hari.
Namun, jika dibandingkan dengan Agustus 2023, rata-rata lama menginap tamu mengalami peningkatan sebesar 0,17 poin, yaitu dari 1,57 hari menjadi 1,74 hari.
Sementara rata-rata lama menginap tamu asing mencapai 3,01 hari. Jika dibandingkan dengan Juli 2024 mengalami peningkatan sebesar 0,73 poin. Dan sebaliknya rata-rata lama menginap untuk tamu nusantara mengalami penurunan sebesar 0,05 poin.
Selama Agustus 2024 juga terdapat sebanyak 527 kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke wilayah Kaltim. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, jumlah kunjungan tersebut mengalami penurunan sebesar 5,56 persen.
“Kalau kita lihat dari asal pengunjungnya sebagian besar atau 28,08 persen ini berasal dari Malaysia. Dan dari Singapura sekitar 18,79 persen, China 6,07 persen, Jepang 3,8 persen, dan Australia 3,8 persen,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Prov (Sekprov) Kaltim Sri Wahyuni mengatakan yang menarik untuk perkembangan di sektor pariwisata adalah okupansi hotel di Kaltim, yang merupakan tertinggi kedua setelah Bali.
Dia menyebut sekira 2 tahun lalu, yakni tahun 2022, Kota Balikpapan disebut sebagai daerah dengan tingkat okupansi tertinggi. “Tapi baru Balikpapannya, ya. Belum dengan s ebaran yang lain. Jadi memang agak ini konsistenlah kalau kita nomor dua setelah Bali. Balikpapan itu karena IKN, dan juga kegiatan mendukung IKN hampir hotel-hotelnya itu selalu okupansinya tinggi. Itu pun kita baru mencatatkan 60 sekian persen. Ini karena akumulasi dari se-Kaltim,” terang dia.
Dengan demikian, dia dapat menyimpulkan bahwa potensi Kaltim pada sektor pariwisata cukup besar. Karena pariwisata ini ada multiplier effect, dan jika ada orang datang berkunjung, memerlukan akomodasi. Dan pastinya akan mengerek sektor kuliner dan juga sektor retail yang lain.
“Rantai pasok yang lain itu akan juga bergerak. Ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kaltim. Artinya ini menjadi penanda bagi kita sekalian, sektor yang memang perlu mendapat perhatian kita,” pungkasnya. (*)