• Senin, 22 Desember 2025

Solusi Ekonomi Baru Pasca Tambang, Budidaya Kakao di Tanjung Palas Utara

Photo Author
- Senin, 14 Oktober 2024 | 09:56 WIB
ilustrasi kakao
ilustrasi kakao

 Aktivitas perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di Kelubir, Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan diestimasikan akan berakhir atau tutup pada tahun 2025. Artinya, akan ada banyak masyarakat di daerah itu yang harus 'banting stir' untuk mencari pekerjaan lain guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Utamanya meraka yang bekerja di perusahaan tambang tersebut.

Oleh karena itu, solusi-solusi sebagai potensi ekonomi baru pasca tambang harus menjadi atensi atau perhatian khusus, baik itu dari sektor perkebunan, pertanian, perikanan maupun potensi-potensi lainnya.

Berdasarkan pantauan Radar Tarakan di lapangan, budidaya kakao menjadi salah satu aktivitas yang saat ini dilakoni masyarakat Kelubir untuk dijadikan solusi ekonomi baru pasca tambang.

Robin, salah satu petani kakao di Desa Kelubir saat ditemui mengaku bahwa budidaya kakao itu telah dilakukan olehnya sejak tahun 2021 lalu. Hanya saja belum banyak yang bisa dipanen saat ini.

"Belum juga banyak, karena saya baru belajar juga. Sementara ini baru ada sekitar 600-an pokok yang saya tanam. Itu di lahan seluas kurang lebih 1 hektare," ujarnya, Minggu (13/10/2024).

Saat ini sudah ada sebagian yang belajar berbuah dan sudah dipanen. Tapi, jika dilakukan perawatan dengan baik, dimungkinkan dalam waktu satu atau dua tahun ke depan kebun kakao miliknya itu sudah bisa panen optimal.

Ia mengaku proses untuk penanamannya juga tidak cepat, karena ada proses sambung pucuk yang dilakukan supaya pohonnya tidak tinggi. "Kalau dari biji, tidak disambung, itu terlalu tinggi nanti. Kita akan susah untuk melakukan perawatan. Makanya kita gunakan sistem sambung ini," katanya.

Robin mengaku, teknik sistem sambung ini dilakukannya berdasarkan pengalaman yang didapatkannya saat mengikuti pelatihan di Jember yang difasilitasi oleh PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN).

"Saya sempat pelatihan juga di Jember. Itu difasilitasi oleh PKN. Jadi sedikit banyak ilmu yang saya dapat dari sana sudah bisa saya gunakan di sini," tuturnya.

Mengingat perkebunan kakao ini baru dilakoni olehnya, ia berharap ke depan sektor perkebunan ini dapat membantunya untuk memenuhi dan menumbuhkan ekonomi keluarganya.

Robin mengaku bibit kakao yang ditanam olehnya itu juga didapatkan dari PKN dalam bentuk bantuan. Tak hanya dirinya, Robin mengaku masyarakat lain yang mau menanam kakao juga bisa mendapatkan bibit secara gratis.

"Untuk hasilnya kita bebas mau jual ke siapa saja. Jadi meskipun bibitnya dari PKN, hasilnya nanti tidak harus kita jual ke mereka, melainkan bisa kita jual ke mana saja. Tapi kalau dijual ke mereka, mereka siap tampung, karena mereka juga punya pabrik coklat," jelasnya.

Untuk diketahui, harga pasaran penjualan kakao yang tidak dilakukan persentasi saat ini di kisaran Rp 85 ribu per kilogram. Tapi untuk yang sudah dipermentasi harganya akan lebih tinggi, bisa sampai di atas Rp 100 ribu per kilogram. (iwk/har)

 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X