PROKAL.CO, Rasman, warga Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, punya kisah inspiratif tentang perubahan.
Dahulu ia adalah penambang yang menggantungkan hidup pada hasil tambang hutan. Namun, kesadaran lingkungan yang perlahan tumbuh di benaknya mengubah hidupnya.
Baca Juga: Cara Cerdas Kelola Keuangan bersama BRI, Hindari Pinjol dan Latte Factor
Melihat kerusakan hutan yang semakin parah, Rasman memutuskan meninggalkan tambang dan memilih jalan baru sebagai petani yang merawat hutan.
Rasman kini memimpin Kelompok Tani Hutan (KTH) Pabangbon, sebuah komunitas yang fokus memulihkan hutan kritis di Desa Malasari.
Perjuangan ini dimulai dengan memanfaatkan peluang dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2023 serta Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023 tentang pengelolaan perhutanan sosial.
Berkat kebijakan ini, KTH Pabangbon mendapatkan akses untuk mengelola 150 hektar lahan hutan.
Baca Juga: KPR BRI Property Expo 2024: Peluang Emas Miliki Hunian Impian dengan Promo Menarik
Sinergi dengan Yayasan BakauMU dan BRI Peduli
Keterbatasan pengetahuan menjadi tantangan awal bagi Rasman dan anggota KTH. Namun, hadirnya Yayasan Bakau Manfaat Universal (BakauMU) bersama program BRI Peduli membawa angin segar.
Melalui pendampingan dan edukasi, kelompok ini kini semakin terorganisir dan memiliki kegiatan usaha produktif yang berorientasi pada keberlanjutan.
Menurut Ketua Yayasan BakauMU, Muhammad Nasir, rehabilitasi lahan kritis memiliki manfaat besar.
Tidak hanya mencegah erosi dan longsor, tetapi juga memulihkan ekosistem, menyerap karbon, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Investasi Aman dan Menguntungkan: Yuk, Kenali Sukuk Tabungan Seri ST013 dari BRI!
Desa Malasari menjadi lokasi ke-14 program BRI Menanam – Grow & Green, yang terus menggalakkan pemulihan ekosistem di berbagai daerah.
