Tak hanya terkenal dengan komoditas kelapa sawit dan karet, Kaltim juga menjadi salah satu penghasil kakao rakyat di Indonesia. Meskipun luas arealnya relatif kecil dibandingkan provinsi penghasil kakao lainnya, namun bagi beberapa petani pengelolaan komoditas kakao sudah dijadikan mata pencaharian utama.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian dan hasil Sensus Pertanian (ST2023), perkebunan kakao di Kaltim dikelola seluruhnya oleh perkebunan rakyat dengan luas areal tanaman sebesar 7,8 ribu hektare, ditanami sekitar 1,09 juta pohon dengan produksi mencapai 2,5 ribu ton.
Baca Juga: Bandara SAMS Sepinggan Genjot Konektivitas, Frekuensi Rute Makassar dan Denpasar Ditambah
Hingga 2023, tanaman kakao yang telah menghasilkan sebanyak 632,96 ribu pohon, sedangkan yang belum menghasilkan sebesar 387,88 ribu pohon atau sekitar 35 persen. Berdasarkan hasil ST2023, jumlah Unit Usaha Pertanian (UTP) yang mengusahakan tanaman kakao sebanyak 2.081 unit.
“Sebaran UTP terbanyak berada di Mahakam Ulu mencapai 808 unit, disusul Berau sebanyak 551 UTP, Kutai Timur sebanyak 464 unit dan Kutai Barat sebanyak 129 unit. Sedangkan kabupaten/kota lain hanya memiliki kurang dari 100 unit,” beber Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Yusniar Juliana, akhir pekan lalu.
Dia menyebut, Berau dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kakao berkualitas di Indonesia. Pada 2020, Kakao Berau berhasil mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kanwil Kemenkumham. Sertifikasi ini menunjukkan bahwa Berau menjadi produsen kakao dengan karakteristik dan kualitas yang baik.
Selain itu, pada 2022, kakao Berau berhasil menjadi yang terbaik di tingkat nasional, dengan biji kakao Nyapa Indah Kampung Long Lanuk meraih juara pertama pada lomba Biji Kakao Nasional yang digelar Dewan Kakao Indonesia.
“Tanaman kakao di Berau tumbuh di areal seluas 1,07 ribu hektare dengan proporsi tanaman menghasilkan sekitar 191,55 ribu pohon dan tanaman belum menghasilkan sekitar 133,56 ribu pohon. Masih banyaknya tanaman yang belum menghasilkan mengindikasikan potensi yang besar dalam meningkatkan produksi tanaman kakao,” lanjut dia.
Berdasarkan data Publikasi Potensi Pertanian Kaltim 2024, selain di Berau, kakao juga cukup banyak ditanam di Kutai Timur yakni sekitar 318,78 ribu pohon yang tumbuh di areal seluas 3,66 ribu hektare dan Mahakam Ulu sekitar 304,21 ribu pohon yang tumbuh pada areal seluas 2,39 ribu hektare.
Kondisi tanah yang mendukung bagi tanaman kakao menyebabkan komoditas itu menjadi tulang punggung ekonomi bagi sebagian masyarakat di sana. Dukungan terhadap pengembangan komoditas kakao sangat diperlukan, baik berupa penyediaan bibit unggul, pelatihan teknologi budidaya, hingga pelatihan pengolahan kakao menjadi produk turunan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas.
Kakao memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas unggulan Kalimantan Timur melalui pengolahan kakao menjadi produk berkualitas tinggi yang dapat dipasarkan di dalam negeri maupun mancanegara. “Besarnya potensi kakao di kedua kabupaten tersebut juga menjadi salah satu upaya pengentasan kemiskinan bagi masyarakat melalui produksi kakao yang berkualitas,” pungkas Yusniar. (*)