• Senin, 22 Desember 2025

Faktor Domestik Lebih Berpengaruh atas Ambruknya IHSG, Mulai Kinerja Fiskal Turun, Danantara Hingga RUU TNI

Photo Author
Indra Zakaria
- Selasa, 18 Maret 2025 | 14:50 WIB
Gedung Bank Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Cikini, Jakarta, Senin, (25/2/2025). (Hanung Hambara/Jawa Pos)
Gedung Bank Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Cikini, Jakarta, Senin, (25/2/2025). (Hanung Hambara/Jawa Pos)

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penurunan lebih dari 6 persen pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (18/3), ditengarai dipicu oleh beberapa faktor. Sebagaimana diketahui, penurunan 6,12 persen ke posisi 6.076,08 pada sesi I perdagangan hari ini, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi (trading halt).

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menyebut ada berbagai sentimen dari global. Diantaranya tensi geopolitik yang meningkat karena Presiden Rusia Vladimir Putin berkeinginan untuk menjalanlan perang lebih lama.

"Lalu, pembalasan tarif yang lebih besar dari Uni Eropa terhadap Amerika Serikat (AS), serta kekhawatiran pelaku pasar terhadap resesi di AS yang terus meningkat," kata Nico, Selasa.

Sementara itu, dari dalam negeri sentimen berupa penerimaan Indonesia yang mengalami penurunan hingga 30 persen, yang mengakibatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melebar.

"Sehingga membutuhkan penerbitan utang yang lebih besar dan tentu saja rupiah yang semakin melemah," ujar Nico. Dengan data itu, menurut dia, dapat menyebabkan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) juga akan lebih sulit untuk mengalami penurunan. Lalu, penerimaan pajak domestik yang mengalami penurunan hingga 30,19 persen Year-on-Year (yoy) yang hanya senilai Rp 269 triliun.

Kemudian, defisit APBN yang mencapai Rp 31,2 triliun per Februari 2025. Selain itu, juga belanja pemerintah juga turun 7 persen, sehingga utang pun naik 44.77 persen pada Januari 2025. "Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil. Sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," ujar Nico.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, sentimen hari ini tidak terlepas dari polemik revisi UU TNI berakibat sentimen negatif juga di market. Ada risiko TNI masuk jabatan sipil menurunkan daya saing ekonomi Indonesia, memperbesar konflik kepentingan dan celah korupsi.

"Memang ada faktor kebijakan proteksionisme Trump yang mengacaukan pasar saham di negara berkembang, tapi faktor domestik Indonesia punya andil lebih besar," jelas Bhima dihubungi JawaPos.com, Selasa.

Koreksi pasar saham yang tajam tidak terlepas dari sentimen investor terhadap kombinasi faktor kinerja fiskal yang memburuk, RUU TNI, skeptisme terhadap tata kelola Danantara. Daya beli masyarakat turun terkonfirmasi oleh impor barang konsumsi jelang Ramadhan -21,05 persen.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa, IHSG tercatat ditutup melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke posisi 6.076,08. Sementara itu, indeks LQ45 tercatat turun 38,27 poin atau 5,25 persen ke posisi 691,08. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Jawapos

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X