• Senin, 22 Desember 2025

Dampak Pemangkasan Anggaran, Perhotelan di Balikpapan Tertatih-Tatih Bertahan

Photo Author
Indra Zakaria
- Senin, 24 Maret 2025 | 06:30 WIB
BERTAHAN: Whiz Prime Hotel Balikpapan menjadi salah satu yang merasakan dampak signifikan dari efisiensi yang dilakukan pemerintah. (IST/KP)
BERTAHAN: Whiz Prime Hotel Balikpapan menjadi salah satu yang merasakan dampak signifikan dari efisiensi yang dilakukan pemerintah. (IST/KP)

Sejumlah hotel di Indonesia, termasuk di Kota Minyak merasakan dampak signifikan dari pemangkasan anggaran serta kebijakan efisiensi yang diberlakukan oleh pemerintah. Saat ini mereka mengalami kesulitan dalam mendapatkan tamu yang berdampak pada penurunan tingkat okupansi kamar.

Whiz Prime Hotel Balikpapan menjadi salah satu yang merasakan dampak signifikan dari efisiensi yang dilakukan pemerintah. General Manager Whiz Prime Hotel Balikpapan Andi Nurwahyu Jaelani mengungkapkan, pihaknya sempat berharap ada peningkatan jumlah tamu pada pertengahan Ramadan, namun harapan itu belum tercapai.

Baca Juga: Okupansi hotel di Balikpapan Semakin Terjun Bebas

"Kami sempat berharap ada kenaikan jumlah tamu pada pertengahan Ramadan, namun kenyataannya okupansi kami justru mengalami penurunan. Yang biasanya bisa mencapai 80 persen, sekarang hanya 60 persen. Semestinya, di pertengahan Ramadan ini kan sudah ramai yang menginap," beber pria yang akrab disapa Wahyu tersebut, Minggu (23/3).

 

Menurutnya, kondisi ekonomi yang kurang baik menjadi salah satu faktor utama turunnya okupansi hotel. Banyak orang yang memilih untuk menghemat pengeluaran mereka selama Ramadan, bahkan untuk urusan liburan.

“Sekarang banyak yang saving karena kondisi ekonomi juga sedang tidak baik. Tapi saya berharap, karena minggu ini banyak yang mendapatkan tunjangan hari raya (THR), akan ada peningkatan tamu yang datang dan menginap di Balikpapan,” harapnya.

Meskipun demikian, menurutnya meski okupansi hanya sebesar 60 persen masih bisa dianggap stabil untuk saat ini. "Okupansi 60 persen ini masih bisa dikatakan stabil. Namun, jika okupansi turun hingga 50 persen ke bawah, itu yang akan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan operasional hotel," kata Wahyu.

Ia juga mengingatkan kondisi perhotelan di Indonesia layaknya di masa pandemi Covid-19, persaingan harga kamar yang tidak sehat di beberapa daerah, seperti di Sulawesi masih menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku industri perhotelan.

"Kondisi pandemi dulu sangat jelas dengan adanya pembatasan dan larangan, tapi sekarang bisa jadi kondisinya malah lebih parah lagi. Seperti di Sulawesi, persaingan harga kamar bisa sangat tidak sehat," jelasnya.

Whiz Prime Hotel Balikpapan, meski menghadapi penurunan okupansi, menunjukkan angka yang cukup stabil pada awal 2025. Pada periode Januari hingga Februari, tingkat hunian hotel ini rata-rata mencapai 80 hingga 90 persen, dengan tamu yang menginap tidak hanya berasal dari kalangan domestik, tetapi juga internasional. Hal ini menunjukkan adanya minat yang cukup besar terhadap pariwisata di Balikpapan.

Namun, memasuki Ramadan, terjadi sedikit penurunan dalam tingkat okupansi. "Ini memang sudah menjadi tren di momen Ramadan. Banyak orang memilih untuk menghemat dan hanya sedikit yang memilih untuk staycation atau berlibur. Ya, tapi kini kondisinya juga berbeda karena penurunan tamu masih terjadi," ungkapnya.

Dengan berbagai tantangan yang ada, dia berharap sektor pariwisata di Balikpapan serta Indonesia secara keseluruhan, dapat segera pulih dan kembali menunjukkan tren positif. Terutama dengan dukungan dari kebijakan yang lebih berpihak kepada sektor-sektor yang terdampak. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X