Kabar kurang menggembirakan datang dari sektor pertanian jagung di Benua Etam. Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, realisasi luas panen jagung pipilan sepanjang Januari hingga Desember 2024 hanya mencapai sekitar 919 hektare.
Angka tersebut mengalami penurunan drastis sebesar 949 hektare atau 50,80 persen dibandingkan 2023 yang mencapai 1.868 hektare. Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menuturkan, data diperoleh dari metode Kerangka Sampel Area (KSA) yang dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan BPS.
Baca Juga: Puncak Arus Mudik 2025 di Bandara Syamsudin Noor Capai 12 Ribu Penumpang
Metode itu menggunakan 21.976 sampel segmen lahan berukuran satu hektare di seluruh Indonesia, kecuali DKI Jakarta, untuk mengestimasi luas panen jagung secara objektif.
“Setiap bulan, kondisi pertanaman jagung di setiap sampel segmen diamati secara visual di empat titik menggunakan ponsel berbasis Android. Hasil pengamatan kemudian difoto dan dikirim ke server pusat untuk diolah,” jelasnya.
Selain penurunan luas panen secara keseluruhan, pola puncak panen jagung pipilan 2024 juga mengalami pergeseran. Jika pada 2023 puncak panen terjadi di Januari, maka pada 2024 puncak panen bergeser ke Oktober dengan luas panen 190 hektare.
Data yang dirilis juga fluktuatif. Pada 2023, awal tahun ditandai dengan luas panen gemilang yakni 278 hektare. Masuk Februari dengan 267 hektare. Namun turun pada Maret dengan 114 hektare dan naik kembali di April menjadi 134 hektare.
Namun 2024, diawali dengan luas panen hanya 73 hektare. Masuk bulan kedua menjadi 118 hektare dan turun lagi pada Maret menjadi 101 hektare. Puncak panen pada Oktober 2024 tersebut relatif lebih rendah 88 hektare atau 31,66 persen dibandingkan Januari 2023.
“Survei KSA jagung tahun 2023-2024 mencakup tiga jenis panen, yaitu panen hijauan, panen muda, dan panen pipilan. Selain panen pipilan yang mencapai 919 hektare, luas panen hijauan tercatat 129 hektare dan luas panen muda 931 hektare,” sebut Yusniar.
Penurunan luas panen jagung ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah untuk memastikan ketersediaan pasokan jagung. Faktor-faktor penyebab penurunan tersebut perlu dianalisis secara mendalam agar dapat diambil langkah-langkah antisipasi yang tepat. Diduga beralih fungsinya lahan jadi salah satu penyebab penurunan luas panen jagung tersebut. (rd)