Kabar gembira sekaligus tantangan menghiasi neraca perdagangan Kaltim pada Februari 2025. Data teranyar yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim menunjukkan nilai ekspor nonmigas Bumi Etam berhasil mencatatkan kenaikan cukup signifikan.
Namun, di balik cerahnya angka tersebut, sektor pertambangan yang selama ini menjadi primadona justru mengalami sedikit kontraksi. Jika ditelisik lebih dalam, lonjakan nilai ekspor nonmigas pada Februari lalu, yang mencapai 5,86 persen dibandingkan Januari 2025, ditopang kuat oleh performa gemilang sektor industri dan pertanian.
Sektor industri mencatatkan pertumbuhan ekspor yang fantastis, yakni meroket hingga 78,65 persen. Sementara itu, sektor pertanian juga tak kalah apik dengan kenaikan sebesar 3,57 persen. Sayangnya, tren positif ini tidak diikuti oleh sektor pertambangan yang harus rela nilai ekspornya menyusut sebesar 6,93 persen.
Baca Juga: Ekspor Kaltara Turun, Hasil Tambang Sumbang Penurunan Tertinggi
“Jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, hanya sektor industri yang menunjukkan kinerja ekspor yang positif. Hasil industri mengalami peningkatan nilai ekspor sebesar 44,60 persen,” ungkap Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana.
Sebaliknya, sektor pertanian dan pertambangan harus mengakui adanya penurunan nilai ekspor masing-masing sebesar 58,69 persen dan 9,72 persen.
Kendati demikian, dalam kumulatif periode Januari hingga Februari 2025, komoditas hasil tambang masih kokoh bertengger di posisi puncak sebagai penyumbang devisa terbesar bagi Kaltim.
“Peranannya mencapai 70,76 persen dari total ekspor. Sektor industri menyusul di posisi kedua dengan kontribusi sebesar 17,94 persen, dan ekspor migas berada di urutan ketiga dengan pangsa 11,22 persen,” lanjut Yusniar. Secara keseluruhan, nilai ekspor Kaltim pada Februari 2025 tercatat sebesar USD 1.810,01 juta, mengalami kenaikan sebesar 7,85 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau secara year om year (yoy), terdapat sedikit peningkatan sebesar 2,45 persen. “Sementara itu, total ekspor Kaltim selama periode Januari-Februari 2025 mencapai USD 3.488,23 juta, mengalami penurunan sebesar 6,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” sebutnya.
Diversifikasi ekspor mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kenaikan signifikan pada sektor industri menjadi sinyal positif bahwa Kaltim tidak lagi terlalu bergantung pada komoditas tambang.
Namun, penurunan pada sektor pertambangan menjadi catatan penting untuk terus mencari strategi agar sektor andalan ini kembali bergairah. Pemerintah daerah diharapkan dapat terus mendorong pengembangan sektor industri dan pertanian agar menjadi pilar ekonomi yang lebih kuat di masa depan.
Ke depan, tantangan bagi Kaltim adalah bagaimana mempertahankan tren positif di sektor industri dan pertanian, sekaligus memulihkan kinerja sektor pertambangan agar neraca perdagangan Bumi Etam semakin kuat dan stabil. (*)