PROKAL.CO-Industri kelapa sawit merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia.
Sektor ini padat karya, menyerap banyak tenaga kerja, termasuk pekerja perempuan.
PAGI belum lagi menjelang. Masih subuh ujar orang-orang. Meski begitu, Suarni sudah bangkit dari peraduan.
Dia sudah berada di dapur, di depan tempat pencucian piring. Membersihkan peralatan kotor sisa semalam.
Waktu saat itu menunjukkan pukul 05.00 Wita. Terdengar sayup-sayup dari kejauhan, suara orang-orang dari masjid melafalkan doa-doa usai Salat Subuh.
Suarni mulai bergegas. Setelah menuntaskan cucian piring, dia melanjutkan tugas lain.
Mengangkat air yang sudah mendidih di atas kompor. Kemudian menuangnya ke dalam termos air panas.
Lantas menyiapkan sarapan di meja makan untuk keluarga kecilnya. Tak lupa pakaian untuk buah hatinya.
Setelah semua siap, baru dia membangunkan anaknya untuk membersihkan diri.
Rutinitas yang selalu dikerjakan Suarni sebelum berangkat bekerja setiap pagi.
Ibu satu anak ini adalah karyawan perusahaan kelapa sawit PT Sumber Kharisma Persada (SKP), anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Dia bekerja di bagian rawat.
Baca Juga: Presiden Prabowo Sudah Umumkan Kenaikan UMP 6,5 Persen, Segini Gambaran UMP di Kaltim Tahun Depan
“Bekerja di lingkungan perkebunan kelapa sawit tentu saja anak tidak bisa dibawa. Tapi kalau ditinggal di rumah, tidak ada yang mengawasi,” kata Suarni.
Kendati begitu, dia tak perlu khawatir. PT SKP membangun fasilitas tempat penitipan anak (TPA) untuk karyawan mereka.
“Kami sangat terbantu dengan adanya TPA ini,” lanjutnya.
Di PT SKP ada delapan TPA di lokasi afdeling (perumahan di perkebunan kelapa sawit).
Masing-masing afdeling memiliki satu TPA yang di dalamnya ada satu pengasuh. Estimasi anak di setiap TPA adalah empat hingga delapan orang.
Di tiap TPA ada pengasuh yang mendapatkan pendampingan dari tim guru TK Tunas Persada.
Tim ini memberikan bimbingan terkait aktivitas kegiatan yang dilakukan di TPA.
Tak hanya bekerja sama dengan TK. Perusahaan juga menggandeng pengurus paguyuban yang dapat membantu dalam pengelolaan dan mendukung program-program kegiatan di TPA.
Setiap TPA juga memiliki bangunan permanen yang dilengkapi sejumlah fasilitas.
Seperti, ruang belajar dan bermain, kamar tidur, dapur, toilet serta terintegrasi dengan Posyandu.
Dengan seluruh kelengkapan di TPA, Suarni merasa senang. Menurut Suarni, proses penitipan juga sangat sederhana.
Ia dan rekan-rekan sesama pekerja hanya perlu datang ke TPA dan berkonsultasi dengan pengasuh mengenai kebutuhan anak.
Seperti bekal makanan, pakaian ganti, serta susu yang diperlukan selama selama di penitipan.
“Kami sangat tertolong,” kata Suarni, tersenyum.
Suarni juga merasa tenang karena pengasuh di TPA adalah orang-orang yang sudah dikenal.
Selain itu, ada pengawasan yang ketat sehingga membuatnya merasa lebih tenang saat meninggalkan anak di TPA.
“Kami tidak merasa khawatir karena pengasuhnya adalah orang yang kami kenal,” ujarnya.
Selain itu, anak di TPA juga diajarkan banyak hal, misalnya mengenal huruf, angka serta anggota tubuh melalui nyanyian dan gambar-gambar.
Para pengasuh juga mendongengkan tentang cerita-cerita yang memiliki pesan moral seperti kisah kancil dan buaya.
Dengan mendirikan TPA, PT SKP ingin memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak karyawan untuk berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual.
Pendampingan dari tenaga ahli seperti guru TK dan kolaborasi dengan paguyuban diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan di setiap TPA.
“Dengan adanya TPA ini, kami berharap anak-anak karyawan mendapatkan pola pengasuhan yang jelas dan beragam,” kata Tugiyono, Administratur (ADM) PT SKP.
“Juga aktivitas yang mendukung perkembangan anak sehingga orangtua merasa tenang dan nyaman dalam bekerja,” sambungnya.
Di lingkungan Grup Astra Agro, tidak hanya PT SKP yang memiliki TPA.
Hampir semua anak perusahaan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari memiliki TPA dan fasilitas lain seperti gedung sekolah, bus sekolah, posyandu.
Perusahaan juga memberikan beasiswa untuk anak berprestasi serta dukungan kebutuhan pokok lainnya.
Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan (corporate social responsibility/CSR) yang terbagi menjadi empat pilar.
Yakni, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi.
Grup Astra Agro Lestari di Kaltim sudah memiliki lebih dari 50 TPA.
Penyediaan fasilitas TPA ini juga sejalan dengan kampanye untuk mengimplementasikan program-program terkait Diversity, Equity dan Inclusion (DEI).
APRESIASI PEMDA
APRESIASI: Kepala DKP3A Kaltim, Noryani Sorayalita. (Muhammad Yamin)
Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim, Noryani Sorayalita, mengapresiasi langkah yang sudah dilakukan Grup Astra Agro Lestari dalam menciptakan perusahaan ramah anak.
“Saya apresiasi terhadap perusahaan yang menyediakan penitipan anak. Tinggal bagaimana standardisasi TPA. Bukan sekadar diberi makan dan diberi tempat. Perkembangan otak anak juga harus diperhatikan,” katanya, Senin (2/12/2024).
Dia menegaskan, perusahaan menyediakan penitipan anak memang sangat bagus. Tapi harus diperhatikan kualitasnya.
Sayang sekali, ujar dia, jika anak ditinggal beberapa jam oleh orangtua tanpa ada perkembangan otak selama di penitipan.
“Ya, artinya perusahaan menyediakan itu (TPA) sangat bagus,” katanya, menegaskan.
Diakuinya, ketika kedua orangtua bekerja, anak memang harus menjadi perhatian. Bagaimana kondisi mereka selama ditinggal bekerja.
Dan orangtua tentu tidak bekerja satu dua hari tapi berlanjut. Ini yang harus dicarikan solusinya.
“Solusinya dititipkan di penitipan anak. Anak bisa berinteraksi antar sesama seusia dia. Emosional bisa dibentuk di sana. Bergantung tempat penitipan anak, sarana prasarana dan pengasuhnya. Itu yang sangat berperan penting,” katanya.
Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Kalimantan Serahkan Bantuan Program Pertamax Berbagi Bagimu Negeri di Mahulu
Dia menambahkan, untuk perusahaan yang sudah memiliki TPA, ke depan yang perlu diperhatikan adalah kerja sama dengan pemerintah.
Misalnya dalam hal standardisasinya.
Dia memberi contoh, seperti pemerintah melakukan kunjungan pemantauan ke TPA yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui langsung kondisinya.
“Menitip anak itu juga harus diperhatikan ketenangan orang tua. Itu perlu diperhatikan kemananannya. Kalau tidak aman, orang tua juga enggak tenang bekerja,” katanya. (mym/far)