penajem-paser-utara

Fakta Mengejutkan di Kabupaten PPU, Ada Ratusan Anak Tidak Sekolah dan DO, Ternyata Tak Melulu soal Biaya  

Rabu, 10 September 2025 | 11:02 WIB
Durajat

PROKAL.CO, PENAJAM-Sebuah fakta mencuat di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Yakni, terdata ada ratusan anak putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan.

Data dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) PPU menunjukkan, ada tiga kategori utama dalam kasus ini. Pertama, siswa drop out (DO), kedua, lulusan yang tidak melanjutkan (LTM), dan ketiga, anak yang belum pernah bersekolah sama sekali (BPB).

Baca Juga: Mantap Ini, Lima Negara Tawarkan Kesempatan bagi Pencari Kerja asal Berau, Berikut Daftar Tujuan dan Pekerjaan yang Tersedia

Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non-Formal, Disdikpora PPU, Durajat, mengungkapkan data per September 2025 menunjukkan angka yang signifikan. 

Tercatat ada 985 pelajar DO dan 715 lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Data ini ditarik secara real-time dari sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) PPU telah membentuk Tim Penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS) lintas instansi melalui SK bupati.

Tim ini melibatkan beragam organisasi perangkat daerah (OPD), mulai dari Disdukcapil, Bapelitbang, DPMD, BPS, Dinas Sosial, hingga Disnakertrans. "Tim ini sudah melakukan dua kali pertemuan," kata Durajat, baru-baru ini.

Baca Juga: PT Waru Kaltim Plantation, Anak Usaha Astra Agro Lestari Dukung Generasi Emas melalui Beasiswa Prestasi

Sebagai langkah awal, tim akan melakukan verifikasi dan validasi (verval) data di lapangan. Data ATS yang ada akan diverifikasi langsung di tingkat kecamatan dan desa.

Untuk mempermudah proses ini, Disdikpora PPU telah berkoordinasi dengan empat camat untuk menunjuk operator di tingkat kelurahan dan desa.

"Kami undang para camat agar operator desa bisa mendaftar akun dan melakukan pendataan di lapangan, dibantu RT setempat," jelas Durajat.

Faktor utama anak tidak sekolah bukan karena biaya, melainkan pilihan untuk bekerja. Berdasarkan verifikasi awal, dari 1.401 anak, jumlahnya berkurang menjadi 600 karena sebagian melanjutkan ke pondok pesantren (ponpes).

Baca Juga: Ada Proyek Koridor dan Pasar di IKN, Terapkan Satu Arah, Ini Rincian Pengaturan Arus Lalu Lintasnya  

Data yang ada, 175 anak putus sekolah karena memilih bekerja, 314 anak tidak mau bersekolah, dan hanya 10 anak yang terdata karena alasan biaya.

Halaman:

Tags

Terkini