• Senin, 22 Desember 2025

Gema Mendunia

Photo Author
- Rabu, 20 Februari 2019 | 18:04 WIB
-
-

Betapa gemuruhnya kalau seribu klenteng turun ke jalan bersama. Tumplek blek. Ke pusat kota Singkawang. Lalu keliling kota. Bermuara di stadion. Dengan atraksi tambahan yang sangat khusus: tatung. Yang tusuk-tusuk wajah itu. Yang ngeri-ngeri-ngilu itu. Yang hanya ada di Singkawang. Di panggung khusus yang dijaga 'dua singa' raksasa.

Itu tidak hanya di Singkawang. Di Bogor juga ada karnaval Cap Go Meh. Saya sesekali menghadirinya. Hanya saja Cap Go Meh Bogor tahun ini diganti dengan Street Festival. Tidak ada dewa yang diarak ke jalan. 

Di Manado juga seru. Hanya saja tidak tiap tahun. Bergantung pada apa kata petinggi klenteng. Suhu klenteng sendiri bergantung pada 'apa kata langit'. 

Biasanya seperti ini: dua hari sebelum Cap Go Meh ada pengumuman. Ditempel di klenteng. Misalnya: "Dewa tidak keluar. Berarti tidak ada perayaan Cap Go Meh tahun ini."

Atau sebaliknya: "Tahun ini dewa berkenan keluar. Berarti ada perayaan Cap Go Meh". Bagaimana dengan tahun ini? Keluarkah dewanya? 

Ternyata keluar. Karena itu perayaan Cap Go Meh kemarin meriah sekali di Manado. Tapi bintangnya memang tetap Singkawang. Cap Go Meh Singkawanglah yang mendunia. 

Nama Singkawang ibarat tong yang sangat besar. Dengan suara yang sangat nyaring. Adakah tong itu sudah terlalu besar untuk tubuh Singkawang yang nyata? Adakah bunyi itu terlalu nyaring untuk telinga Singkawang yang asli?

Itulah beban yang ada di gendongan Tjhai Chui Mie. Walikota Singkawang saat ini. Tugasnya sangat berat. Untuk membuat kota Singkawang sebagus dan secantik nama besarnya. 

Jangan seperti sekarang. Nama besarnya tidak imbang dengan realitasnya. Saya bayangkan 'beban' walikota baru itu begitu besarnya. Masih terlalu banyak yang harus dibenahi di Singkawang. 

Boleh dikata Singkawang hari ini belum banyak berubah dari saat saya ke sana lima tahun lalu. Parit-paritnya masih sama: terlalu kecil, kotor dan tak terawat. Pun nyaris belum ada  trotoar di kota ini. Kalau pun ada sama sekali tidak terurus. Sampah juga di mana-mana. Puntung rokok berserakan. Pusat kotanya semrawut. 

Kaki limanya perlu diperhatikan. Intinya: seperti belum ada 'tata kota' di Singkawang. 

Untunglah turis tidak akan melihat semua itu. Tertutup oleh keramaian Cap Go Meh.  Terlena oleh gegap-gempitanya. 

Tak terasa sudah setahun lebih Tjhai Chui Mie jadi walikota. Tinggal empat tahun lagi. Semoga sempat berbenah. Mengisi tong yang begitu besar. Agar suara nyaringnya semerdu gemanya. (Dahlan Iskan)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X