• Senin, 22 Desember 2025

Hakka

Photo Author
- Kamis, 21 Februari 2019 | 10:02 WIB

Chui Mie terpilih. Mewakili partai yang dipimpin ekonom terkemuka itu: Syahrir. Almarhum. 

Dia mendapat suara terbanyak. Untuk seluruh Singkawang. Sampai suaranya meluber ke calon lain. PIB sampai mendapat enam kursi di Singkawang.

Tapi partai itu hanya mendapat suara kurang dari 2 persen. Secara nasional. Tidak bisa ikut pemilu berikutnya. Nama Chui Mie terlanjur top. Sebagai pendulang suara. Apalagi dia tidak cacat. Selama menjadi wakil rakyatnya.

PDI-Perjuanganlah yang berhasil merayunya. Untuk pemilu berikutnya. Kembali mendapat suara terbanyak. Lalu terpilih sebagai ketua DPRD.

Chui Mie sudah tahu apa yang akan terjadi berikutnya: diincar jadi calon walikota. Pagi-pagi dia sudah memberi sinyal untuk tidak berminat. Dia buat pernyataan bermeterai: tidak bersedia dicalonkan siapa pun. Dia edarkan pernyataan itu.

Tapi Chui Mie luluh di tangan Megawati. Jadilah walikota seperti sekarang. Mengalahkan tiga pasang lainnya. Dengan suara mendekati 40 persen.

Dalam penantian pelantikan itu Chui Mie ingin ke Amerika. Visanya harus diurus di konsulat Surabaya. Dia tidak begitu mengenal kota Pahlawan itu. Meski sudah tahu walikotanya juga wanita. Hebat pula.

Pun masyarakat Tionghoa Surabaya sudah mendengar. Chui Mie terpilih menjadi walikota. Ikut bangga. Saat mendengar Chui Mie mau ke Surabaya diaturlah. Untuk bisa makan malam bersama.

"Saya pikir makannya dengan satu dua orang. Ternyata ratusan orang. Diacarakan di gedung pertemuan," kenang Chui Mie. 

Chui Mie sangat terkesan dengan sambutan di Surabaya  itu. Dia ceritakan pada saya dengan semangatnya. Terutama banyaknya yang ingin membantu. Agar bisa jadi walikota yang sukses.

"Ada yang secara spontan membantu menaikkan haji  warga Singkawang. Tiap tahun lima orang," kata Chui Mie. "Tahun ini sudah bisa berangkat haji. Saya pilih pengurus masjid yang benar-benar miskin," tambahnya.

Chui Mie minta stafnya untuk memotret wajah donatur tersebut. Dari berbagai sudut. "Fotonya sering saya lihat. Agar ingat wajahnya," kata Chui Mie. "Saya malu kalau ketemu di jalan tidak ingat beliau," tambahnya.

Kalau orang Singkawang, katanya, ingat semua. "Ini kan orang Surabaya. Yang begitu asing bagi saya," katanya.

Ada lagi yang membantu membebaskan tanah untuk bandara. Chui Mie tidak akan lupa namanya. Juga wajahnya: Hartono Wira Tanik. Pengusaha emas Surabaya: HWT Emas.

Dari Surabaya itulah ia merasa dapat jalan keluar. Siap membangun bandara. Dia pun lobi pemerintah pusat. Dengan modal tanah yang  sudah tersedia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X